Jangan biarkan dosa menghalangi kita

|| || || Leave a comments

Beberapa orang meremehkan dosa-dosa mereka, merasa bahwa kebaikan yang mereka lakukan sudah lebih dari cukup dan amalan-amalan shalih yang mereka kerjakan sudah sangat berlimpah, sehingga pahala yang mereka kumpulkan sudah seperti gunung. Mereka berpikir bahwa amalan-amalan shalih yang mereka lakukan akan menenggelamkan dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Namun, jika seseorang meremehkan dosa, maka sebenarnya dia telah tertipu oleh syaitan, meskipun amalannya banyak.

Allah memberikan contoh tentang orang yang telah mengumpulkan banyak kebaikan, tetapi di hari akhirat, amalan kebaikan yang diandalkannya tidak akan begitu bermanfaat. Allah berfirman

Ada seseorang di antara kalian yang bercita-cita memiliki kebun yang subur dengan sungai yang mengalir di tengahnya, dikelilingi oleh pohon kurma dan anggur yang berbuah lebat. Di kebun itu, tersedia berbagai macam buah-buahan yang segar dan menggiurkan. Namun, suatu hari datanglah masa tua pada pemilik kebun itu, sementara ia memiliki keturunan yang masih kecil.

Kebun yang indah itu kemudian terkena angin kencang yang membawa api, sehingga seluruh kebun musnah terbakar. Allah memberikan perumpamaan ini untuk membuat kita merenung. Ibnu Abbas radhiallahu'anhuma menyampaikan bahwa perumpamaan ini menggambarkan seorang kaya yang awalnya beramal saleh, namun kemudian tergoda oleh setan sehingga melakukan banyak dosa yang menghapuskan amal-amal baiknya.

Jangan pernah meremehkan dosa-dosa kita hanya karena merasa telah melakukan banyak amal kebaikan. Kita harus sadar bahwa tidak semua amal baik yang kita lakukan akan diterima oleh Allah, mungkin karena kurangnya ketulusan atau tidak sesuai dengan petunjuk yang diajarkan oleh Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam. Selain itu, amal baik yang telah kita lakukan juga dapat terhapus karena dosa-dosa yang kita perbuat. Oleh karena itu, selalu berhati-hatilah dan perbanyaklah istighfar agar amal baik kita tetap terjaga dan diterima di sisi Allah.

Tsauban meriwayatkan sebuah hadits yang dapat membuat orang-orang shalih sulit tidur dan selalu cemas tentang amal-amal mereka. Tsauban berkata, Rasulullah bersabda, "Seorang hamba yang selalu khawatir tentang amalannya adalah tanda bahwa hatinya selalu dalam keadaan khawatir."

Aku melihat di antara umatku pada hari Kiamat nanti, ada yang datang membawa kebaikan sebesar gunung di Tihamah yang putih, lalu Allah menjadikannya seperti kapas berterbangan. Tsauban bertanya, "Ya Rasulullah, jelaskan kepada kami siapa mereka itu agar kami tidak seperti mereka, sementara kami tidak mengetahui!" Beliau bersabda, "Mereka adalah saudara-saudara kalian dan sebangsa dengan kalian. Mereka juga bangun malam seperti kalian, akan tetapi apabila mendapat kesempatan untuk berbuat dosa, mereka melakukannya. Ketika seseorang bertanya kepada Abu Hurairah tentang makna takwa,

Abu Hurairah kemudian bertanya kepada orang tersebut, "Apakah engkau pernah melewati jalan yang berduri?" Orang tersebut menjawab, "Ya, pernah." Abu Hurairah bertanya lagi, "Apa yang engkau lakukan?" Orang itu menjawab, "Jika aku melihat duri, maka aku menghindar darinya, melangkahinya, atau mundur darinya." Abu Hurairah berkata, "Seperti itulah takwa." Takwa bukanlah saat seseorang sengaja melanggar aturan syariat, melakukan hal yang diharamkan oleh Allah, atau meninggalkan yang diperintahkan-Nya. Kita harus takut karena tidak tahu kapan ajal akan menjemput. Jika diamati, jumlah manula lebih sedikit daripada orang muda dan anak-anak, menunjukkan bahwa kebanyakan manusia meninggal dalam usia muda. Oleh karena itu, waspadalah! Senantiasa bertakwa dan tidak meremehkan dosa agar kita tidak menjadi seperti yang digambarkan dalam ayat dan hadits di atas. Semoga Allah menjadikan kita termasuk yang diseru dalam firman-Nya.

Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang penuh kepuasan dan ridha-Nya, Maka bergabunglah dalam barisan hamba-hamba-Ku, Maka nikmati Surga-Ku (Al-Fajr: 27-30)

/[ 0 comments Untuk Artikel Jangan biarkan dosa menghalangi kita]\

Posting Komentar