Kriteria ketepatan orangtua dalam memilih mainan untuk anak tidak hanya berdasarkan harga saja, tetapi juga harus memperhatikan potensi bahaya yang mungkin timbul. Mainan memang memiliki peran penting dalam perkembangan anak, karena selain sebagai sarana untuk belajar, mainan juga dapat membantu anak dalam menyelesaikan masalah, berkomunikasi, mengembangkan kreativitas, serta mengenal diri sendiri, teman, dan dunia sekitar. Bermain juga memiliki dampak positif pada perkembangan motorik, bahasa, kognitif, dan sosial anak.
Namun, tidak semua mainan memiliki dampak positif. Data menunjukkan bahwa kecelakaan akibat mainan meningkat pada tahun 1996-2000. Bahaya mainan dapat terjadi akibat karakteristik mainan yang tidak sesuai dengan usia dan kondisi anak. Ada tiga jenis bahaya mainan, yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Mainan yang membahayakan secara fisik dapat terjadi jika bentuk, warna, atau bahan mainan tidak aman bagi anak. Misalnya, mainan yang berukuran kecil atau memiliki ujung yang tajam tidak cocok untuk anak di bawah usia 3 tahun, karena anak pada usia tersebut cenderung mengeksplorasi benda dengan mulutnya. Selain itu, mainan yang mengandung zat beracun juga dapat membahayakan anak, terutama karena kebiasaan anak di bawah 3 tahun yang suka menghisap jari. Contoh lainnya adalah mainan pistol dengan peluru yang tajam, yang dapat menyebabkan kecelakaan yang berujung pada kebutaan.
Maka dari itu, penting bagi orangtua untuk memilih mainan dengan cermat, agar anak dapat bermain dengan aman dan mendukung perkembangannya tanpa risiko bahaya yang tidak diinginkan.
Mainan yang membahayakan psikologis anak bisa terjadi karena orangtua cenderung membelikan mainan berdasarkan stereotip gender. Hal ini menyebabkan anak-anak hanya diberikan mainan sesuai dengan peran gender mereka. Pembatasan jenis mainan berdasarkan gender dapat menghambat perkembangan potensi anak. Perilaku ini seolah-olah mengatur takdir anak yang kemudian menjadi kenyataan, seperti anak perempuan enggan belajar matematika dan anak laki-laki enggan membaca. Anak perempuan cenderung memilih karir yang dianggap feminin, seperti menjadi guru, sementara anak laki-laki lebih memilih karir yang dianggap maskulin, seperti menjadi sopir truk.
Dampak lain dari stereotip gender adalah kecenderungan masyarakat untuk lebih mempercayai laki-laki sebagai pemimpin daripada perempuan, sehingga laki-laki memiliki posisi dan penghasilan yang lebih baik daripada perempuan. Mainan yang dapat membahayakan perkembangan sosial anak adalah game komputer yang membuat anak terlalu asyik dengan dunianya sendiri. Karakteristik game komputer yang tidak mengharuskan interaksi dengan orang lain dapat membuat anak kurang aktif dan kurang terlatih dalam berinteraksi sosial.



