Sebagai negara berkembang, Indonesia menghadapi berbagai masalah pada era sekarang. Sejak tahun 1970-an, kehidupan di perkotaan semakin tidak aman dan pembangunan di berbagai kota semakin pesat sejalan dengan program pemerintah.
Pembangunan harus dianggap sebagai proses yang kompleks yang tidak hanya menekankan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi, penanggulangan kesenjangan pendapatan, dan pengentasan kemiskinan, tetapi juga pada perubahan fundamental dalam struktur sosial, budaya masyarakat, dan institusi nasional, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, pembangunan dianggap berhasil apabila masyarakat memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, merasa bangga akan diri sendiri, dan memiliki kebebasan untuk memilih. Seperti yang dikatakan, pembangunan dianggap berhasil apabila dapat menghasilkan transformasi ekonomi, sosial, dan budaya yang signifikan.
Pembangunan ini mendorong urbanisasi yang sulit dikendalikan. Berbeda dengan negara maju di mana urbanisasi terjadi sebagai akibat dari pergeseran struktur mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian di pedesaan ke sektor jasa di kota melalui sektor industri manufaktur. Urbanisasi di negara berkembang terjadi karena tekanan perubahan yang drastis di pedesaan dan mendorong perpindahan langsung dari sektor pertanian ke sektor jasa di kota tanpa melalui fase industri manufaktur. Di negara berkembang seperti Indonesia, arus urbanisasi lebih tinggi daripada ekspansi industri manufaktur. Karakteristik penduduk desa yang bermigrasi ke kota adalah tingkat pendidikan, keterampilan, dan kemampuan sosioekonomi yang terbatas, sehingga urbanisasi berdampak pada penurunan kualitas hidup per kapita penduduk perkotaan. Kedatangan penduduk desa ke kota tanpa disadari membawa dampak kompleks bagi mereka maupun bagi kehidupan kota. Dampak ini terjadi karena perkotaan belum siap menampung mereka baik dari segi pekerjaan maupun tempat tinggal, juga karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan mereka sehingga sulit bersaing dalam dunia industri.
Urbanisasi menyebabkan peningkatan jumlah penduduk di perkotaan, yang pada akhirnya membuat penyediaan sarana dan prasarana fisik maupun sosial semakin sulit. Kepadatan penduduk yang tinggi juga mengakibatkan kondisi lingkungan hidup yang semakin memburuk, dengan daya dukung lingkungan yang tidak memadai dan terus menerus rusak akibat polusi udara dari pabrik dan kendaraan bermotor.
Dampak negatif dari keterbatasan masyarakat pedesaan yang bermigrasi ke perkotaan juga terasa. Mereka sering kali tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk bersaing di lingkungan kota, sehingga sulit untuk meningkatkan pendapatan mereka. Akibatnya, banyak dari mereka yang tidak mampu memperoleh hunian yang layak, yang kemudian mengakibatkan meningkatnya jumlah gelandangan dan anak jalanan di kota-kota.
Anak jalanan sendiri merupakan masalah sosial yang serius dan harus segera ditangani dengan baik, sebelum berdampak pada perubahan perilaku anak-anak tersebut. Selain itu, meningkatnya angka pengangguran juga dapat menyebabkan peningkatan kejahatan di kota. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk memberikan kesempatan dan dukungan kepada masyarakat pedesaan yang hijrah ke perkotaan agar dapat beradaptasi dengan lingkungan baru dengan lebih baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan permukiman kumuh berkaitan positif dengan masalah kemiskinan penduduk. Semakin banyak penduduk miskin di perkotaan, semakin banyak permukiman kumuh yang berkembang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penduduk yang tinggal di permukiman kumuh umumnya adalah masyarakat yang kurang mampu. Masyarakat miskin yang tinggal di perkampungan kumuh di perkotaan seringkali merupakan golongan marjinal, yang memiliki akses terbatas terhadap tanah, rumah, infrastruktur, layanan dasar, kesempatan kerja, pinjaman, pemberdayaan, partisipasi, rasa aman, dan keadilan.
Di era globalisasi saat ini, globalisasi ekonomi membuka peluang pasar bebas yang memperluas jangkauan kegiatan ekonomi tidak hanya di dalam satu negara, tetapi juga antar negara. Globalisasi tidak hanya memperluas arus barang, jasa, modal, tetapi juga arus tenaga kerja, yang mendorong terjadinya urbanisasi yang masif. Di kota-kota besar di seluruh dunia, urbanisasi yang masif ini melibBerbeda dengan kondisi sosial di desa, di mana masyarakat desa masih mampu menjaga keseimbangan sosial, situasi di perkotaan semakin memperihatinkan. Masalah kriminalitas menjadi hal yang lazim terjadi, perkelahian menjadi kesukaan baru bagi pelajar SMA dan mahasiswa, penyalahgunaan alkohol dan narkotika menjadi ancaman serius yang merugikan generasi muda di masa depan. Kurangnya pemukiman layak yang terjangkau menyebabkan anak-anak terpaksa hidup di jalanan, sementara pelacuran, yang kini menimpa bahkan anak-anak, semakin menjadi isu yang mendesak untuk ditangani oleh pemerintah. Jadi, perlunya tindakan segera dari pihak berwenang untuk mengatasi masalah ini.
atkan perpindahan penduduk dari desa ke kota, dari pinggiran kota ke kota lain, antar pulau, bahkan antar negara. Selain itu, terjadi juga perpindahan tenaga kerja dari negara berkembang ke negara maju maupun sebaliknya.
Tentu saja, globalisasi membawa dampak positif yang signifikan bagi perkembangan negara, namun hal ini harus diimbangi dengan kesiapan pemerintah dan masyarakat. Kesiapan pemerintah dalam menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat seperti pendidikan, keterampilan, sarana kesehatan, dan transportasi sangatlah penting. Ketidaksiapan dalam menghadapi era globalisasi tercermin dari kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat perkotaan, di mana terdapat perbedaan yang mencolok antara villa mewah dengan lahan luas dengan perkampungan kumuh.
Masalah yang sering terjadi di perkotaan seringkali disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang pesat. Akibatnya, masyarakat kehilangan daya saing dan pendapatannya pun menurun. Kemiskinan di perkotaan bukanlah hal yang sepele, namun menjadi realitas sosial yang harus mendapat perhatian serius dari semua pihak terkait. Akar permasalahan utamanya adalah kemiskinan, yang kemudian memunculkan berbagai masalah lainnya seperti jaring laba-laba yang sulit diputuskan.
Meskipun begitu, tidak ada jalan buntu untuk mencari solusi menuju kehidupan yang lebih baik. Peningkatan aspek non-ekonomi seperti kesehatan, sanitasi, pendidikan dasar, dan keterampilan mendasar sangat penting untuk meningkatkan kemampuan bertahan hidup masyarakat. Salah satu hal krusial yang perlu diperhatikan adalah akses pendidikan agar masyarakat miskin dapat bertahan hidup. Kerjasama yang terintegrasi akan sangat diperlukan untuk menemukan solusi strategis dalam mengatasi kemiskinan di perkotaan. Dengan memberikan akses pendidikan dan keterampilan ke wilayah pedesaan, akan membantu meningkatkan semangat juang masyarakat.
Dengan demikian, masyarakat pedesaan akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang layak sehingga tidak lagi tergoda untuk merantau ke perkotaan.



Posting Komentar