PERTIKA TAWUR PELAJAR

|| || || Leave a comments

Tawuran antar pelajar sering dihubungkan dengan perilaku negatif remaja. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kejadian tawuran yang sering dilaporkan oleh media biasanya melibatkan pelajar SMA. Remaja SMA berusia sekitar 15-18 tahun, di mana mereka masih dalam tahap perkembangan remaja yang masih labil emosinya. Mereka cenderung lebih mendengarkan saran dari teman sebaya daripada dari orangtua atau guru. Jika teman mereka diserang, emosi remaja mudah terpancing dan mereka akan berusaha mempertahankan teman mereka dengan cara apapun, termasuk tawuran. Bagi remaja, norma kelompok teman sebaya dianggap lebih penting daripada nasehat orangtua atau guru, meskipun bertentangan dengan norma sosial yang sebenarnya. Jarang sekali ada remaja yang mau bertarung satu lawan satu, karena takut kehilangan muka di depan teman-temannya.
 
Secara hukum, tawuran sering dianggap sebagai tindakan kenakalan remaja dan dianggap tidak serius. Hal ini dikarenakan remaja dianggap belum cukup dewasa. Namun, dampak dari tawuran bisa sangat serius bagi masyarakat sekitar, keluarga, dan sekolah. Bahkan, seringkali tawuran menyebabkan korban jiwa. Senjata yang digunakan dalam tawuran pun tidak jauh berbeda dengan senjata yang digunakan oleh para kriminal, seperti senjata tajam. Oleh karena itu, tawuran antar pelajar sekarang sudah harus dianggap sebagai tindakan kriminal, bukan hanya kenakalan remaja belaka. Para pelaku tawuran harus ditindak seperti orang dewasa yang melakukan kejahatan. Tawuran remaja seharusnya tidak dianggap sebagai tindakan biasa, melainkan perilaku premanisme yang bisa merugikan banyak pihak.

Apa yang menyebabkan terjadinya tawuran? Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tawuran antar pelajar dapat dipicu oleh berbagai faktor seperti konflik dalam keluarga, frustrasi remaja, prestasi akademik yang rendah, serta lingkungan sekolah yang kurang mendukung. Namun, ada juga penelitian yang menemukan bahwa sebenarnya pelaku tawuran memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, meraih prestasi akademik tinggi, memiliki kondisi fisik yang prima, dan berasal dari sekolah berkualitas tinggi. Studi ini juga menyoroti bahwa kecerdasan dan kondisi fisik yang baik sangat penting dalam perencanaan strategi tawuran atau cara untuk melarikan diri. Para pelaku tawuran menjadi semakin mahir dalam merancang strategi ini karena dukungan dari para alumni.

Bagaimana cara mencegah terjadinya tawuran pelajar? Peran keluarga sangat penting dalam hal ini, dengan memberikan lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan remaja. Orangtua sebaiknya menjadi teman yang bisa dipercaya oleh anak-anak mereka. Selain itu, orangtua juga perlu membahas tentang cara mengantisipasi terjadinya tawuran mengingat lemahnya penegakan hukum dalam hal ini. Antisipasi ini dapat berupa strategi melarikan diri saat terjadi tawuran, menenangkan emosi saat ada konflik, dan cara bijak mengatasi tekanan dari kelompok. Orangtua juga disarankan untuk merencanakan masa depan karir anak-anak mereka dan mempersiapkannya dengan baik. Semakin orangtua dan anak bekerja sama dalam merencanakan masa depan, semakin sedikit energi yang terbuang untuk terlibat dalam tawuran. Semua ini bisa tercapai jika orangtua mampu menjadi contoh yang baik bagi anak-anak mereka. Selain itu, merencanakan jumlah anak yang tepat juga merupakan hal penting agar orangtua dapat memberikan perhatian yang cukup pada perkembangan anak-anak mereka.

Selain itu, penting bagi orangtua dan guru untuk bekerjasama secara erat dan saling percaya satu sama lain dalam mengawasi perkembangan remaja. Sekolah sering kali dianggap hanya sebagai tempat penitipan anak, sehingga orangtua cenderung menuntut terlalu banyak dari sekolah. Selain itu, ada anggapan bahwa karena sudah membayar, maka tanggung jawab penuh terhadap remaja berada di pihak sekolah. Hubungan yang kurang harmonis seperti ini sebaiknya dievaluasi kembali, karena pada akhirnya remaja merupakan tanggung jawab bersama. 

 



/[ 0 comments Untuk Artikel PERTIKA TAWUR PELAJAR]\

Posting Komentar