pernikahan

|| || || Leave a komentar

Pergaulan remaja saat ini memang terkesan bebas, sehingga peluang untuk terjerumus dalam perbuatan terlarang seperti zina pun semakin terbuka lebar. Namun, salah satu cara untuk menghindari hal tersebut adalah dengan menikah.

Seringkali, banyak orang merasa bahwa menikah dapat menghambat kebebasan dan membawa keterbatasan dalam hidup. Selain itu, biaya yang besar juga seringkali menjadi alasan untuk enggan menikah. Namun, sebenarnya menikah merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah, selain untuk menjauhkan diri dari perbuatan zina.

Anjuran untuk menikah telah disampaikan dengan berbagai cara, baik melalui media informasi maupun dalam khutbah keagamaan. Mengapa menikah sangat dianjurkan? Beberapa alasan yang dapat diungkapkan adalah untuk menjaga diri dari perbuatan zina dan sebagai bentuk ketaatan kepada agama. Selain itu, menikah juga merupakan jalan untuk membangun kehidupan yang lebih stabil dan halal di hadapan Allah SWT.

1. Menikah merupakan ajaran yang diikuti oleh para Rasul. Setiap rasul yang diutus telah menikah dan membentuk keluarga. Apakah seharusnya kita tidak mengikuti ajaran tersebut? At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Ada empat hal yang menjadi kebiasaan para Rasul: rasa malu, menggunakan wewangian, menggunakan miswak, dan menikah."

2. Jika seseorang mampu untuk menikah, maka sebaiknya dia menikah. Meskipun menikah membutuhkan persiapan, seperti membayar mahar, namun alasan kurang biaya seharusnya tidak menjadi penghalang. Selain itu, puasa juga dapat membantu kita untuk menjaga diri. Namun, hal ini tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak menikah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kita untuk menikah, sebagaimana hadis dari al-Bukhari yang mengatakan bahwa Nabi bersabda kepada para pemuda yang tidak memiliki apapun, "Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah dapat mengendalikan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan bagi yang belum mampu menikah, hendaklah dia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya."

3. Menikah dengan niat menjaga kesucian, pasti Allah akan menolong. Terkadang kita merasa takut untuk menikah karena khawatir tidak mampu memberi nafkah pada keluarga. Namun, sebenarnya rejeki datang dari Allah, bukan dari kemampuan kita sendiri. Jika kita menikah dengan niat yang tulus, Allah pasti akan memudahkan rezeki kita. Menikah adalah ibadah, dan Allah pasti akan memberikan balasannya.

At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ada tiga golongan yang pasti akan ditolong oleh Allah; seorang budak yang ingin menebus dirinya dengan mencicil kepada tuannya, orang yang menikah karena ingin memelihara kesucian, dan pejuang di jalan Allah."

4. Menikah dengan wanita yang shalehah dan subur adalah kebanggaan di hari kiamat. Saat memilih pasangan hidup, penting untuk memilih orang yang benar-benar sholeh. Hal ini akan membantu menjaga keutuhan pernikahan dan membentuk keluarga yang sakinah. Janganlah menikah dengan sembarangan, terutama dengan orang yang tidak beriman.

Jika ingin menikah, carilah dari keluarga yang wanitanya subur dan penuh kasih sayang, karena Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam membanggakan hal itu di hari Kiamat. Nikmatilah momen untuk memiliki keturunan, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Ma'qil bin Yasar Radhiyallahu 'anhu. "Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan bertanya mengenai seorang wanita yang tidak dapat melahirkan anak, apakah boleh menikahinya? Nabi melarangnya dan menyarankan untuk menikahi wanita yang subur dan penuh kasih sayang, karena jumlah keturunan akan menjadi kebanggaan di mata umat lain."

5. Berhubungan suami istri setelah menikah dianggap sebagai sedekah. Beraktivitas seksual setelah menikah dengan tujuan untuk mendapatkan keturunan atau untuk menjaga diri sendiri atau pasangan, akan mendapat pahala. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Dzarr Radhiyallahu 'anhu, dimana sejumlah Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada beliau: "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya mendapat banyak pahala. Mereka shalat dan berpuasa seperti kami, namun mereka juga bersedekah dengan harta kelebihan mereka." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Tidak kah Allah telah memberikan kepada kalian sesuatu yang bisa kalian sedekahkan? Setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap pujian adalah sedekah, setiap bacaan kalimat tauhid adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan berhubungan suami istri adalah sedekah."

Mereka bertanya: "Apakah berhubungan suami istri untuk memuaskan nafsu juga mendapat pahala?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Jika seseorang memuaskan nafsunya dengan cara yang haram, apakah dia mendapat dosa? Begitu juga jika dia melakukannya dengan cara yang halal, maka dia mendapat pahala."

6. Menikah dapat membangkitkan semangat muda. Ketika jiwa merasa tenteram, tubuh pun menjadi lebih bertenaga. Salah satu Sahabat menceritakan hal ini, seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari 'Alqamah Radhiyallahu 'anhu, dimana ia berkata: "Aku bersama 'Abdullah (bin Mas'ud), lalu 'Utsman mendatangi mereka di Mina. 'Utsman berkata: 'Wahai Abu 'Abdirrahman, aku punya hajat padamu.' Lalu keduanya berbicara secara terpisah. 'Utsman menawarkan untuk mengawinkan 'Abdullah dengan seorang gadis yang akan mengingatkannya pada masa-masa muda. Namun 'Abdullah menolak. 'Utsman kemudian mengingatkan hadis Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: 'Wahai para pemuda, jika kalian mampu menikah, maka nikahlah. Dan jika belum mampu, maka berpuasalah; karena puasa dapat mengendalikan nafsu.'"

7. Anak memiliki kuasa untuk membawa orang tuanya ke surga
Bagaimana anak bisa membawa ayah dan ibunya ke surga? Mari kita dengarkan jawabannya dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits qudsi. Imam Ahmad meriwayatkan dari beberapa Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, "Anak-anak di surga diperintahkan: 'Masuklah ke dalam surga.' Mereka menjawab: 'Wahai Tuhanku, kami tidak akan masuk sampai orang tua kami masuk terlebih dahulu.' Ketika orang tua datang, Allah Azza wa Jalla berfirman kepada mereka: 'Aku tidak melihat halangan pada kalian. Masuklah ke dalam surga.' Mereka bertanya: 'Wahai Tuhanku, orang tua kami?' Allah berfirman, 'Masuklah ke dalam surga bersama orang tua kalian.'"

8. Menghabiskan seluruh waktu untuk beribadah yang tidak sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad saw
Ada sebagian manusia yang memutuskan untuk menjalani hidup sebagai "pendeta" dan menghindari pernikahan dengan dalih bahwa itu adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mari kita sampaikan kepada mereka dua hadits berikut ini, agar mereka memahami ajaran-ajaran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan pentingnya mengikuti sunnah beliau dalam segala hal.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Anas bin Malik, diceritakan bahwa ada tiga orang yang datang ke istri-istri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menanyakan tentang ibadah beliau. Setelah mendengar jawabannya, mereka merasa hampa. Salah satu dari mereka berkata, "Aku akan selalu melakukan shalat malam." Orang kedua mengatakan, "Aku akan berpuasa tanpa henti." Orang ketiga berkata, "Aku akan menjauhi perempuan dan tidak akan menikah selamanya." Namun, ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar hal ini, beliau bersabda, "Apakah kalian yang mengatakan hal ini? Demi Allah, aku lebih takut kepada Allah dan lebih bertakwa daripada kalian, namun aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, serta menikahi perempuan. Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka dia bukan bagian dari umatku."

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga menyetujui saran Salman kepada Abud Darda' agar tidak menghabiskan waktu hanya untuk beribadah dan mengabaikan istrinya. Hal ini menunjukkan bahwa menjalani sunnah Rasulullah juga penting dalam kehidupan sehari-hari.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Wahb bin 'Abdillah Radhiyallahu 'anhu, ia menceritakan: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan Salman dan Abud Darda' sebagai saudara. Saat Salman mengunjungi Abud Darda', ia melihat Ummud Darda' mengenakan pakaian yang sederhana. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Salman. Ummud Darda' menjawab: "Saudaramu, Abud Darda', tidak terlalu memperdulikan dunia ini." Abud Darda' kemudian meminta Salman untuk makan, namun Salman menolak karena Abud Darda' sedang berpuasa. Malam tiba, Abud Darda' hendak shalat, namun Salman meminta dia untuk beristirahat. Salman mengingatkan Abud Darda' tentang hak-hak yang harus dia berikan kepada dirinya sendiri, tubuhnya, dan keluarganya.

Al-Bukhari juga meriwayatkan dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash Radhiyallahu 'anhu, ia menceritakan: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahu Abdullah bahwa dia seharusnya berpuasa dan shalat dengan bijaksana, tidak terlalu keras pada dirinya sendiri. Jasad, mata, dan isteri juga memiliki hak yang harus dihormati.

Ketika Abud Darda' menghadap Nabi untuk menceritakan kejadian itu, beliau membenarkan apa yang dilakukan Salman.

Sudah jelas bahwa pernikahan sangat dianjurkan, bahkan menjadi sunnah Rasulullah SAW. Orang yang sengaja menghindari pernikahan demi beribadah secara maksimal telah keluar dari ajaran sunnah. Apalagi jika alasan menghindari pernikahan tidak jelas, apalagi untuk melakukan kemaksiatan.

Sungguh berdosa kita jika demikian...
Hai para pemuda...

Apa yang membuat kalian enggan untuk menikah? Jangan biarkan alasan yang tidak jelas menghalangi kalian untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Ayo, beranikan diri dan ikuti sunnah Nabi dengan menjalin hubungan halal. Jangan biarkan kesempatan berlalu begitu saja. Jangan sampai menyesal di kemudian hari karena menghindari pernikahan tanpa alasan yang benar. Ayo, wujudkan langkah menuju keluarga sakinah, mawaddah, warahmah.

/[ 0 komentar Untuk Artikel pernikahan]\

Posting Komentar