Semoga Tuhan Yang Maha Mengetahui mengarahkan kita untuk menyadari siapa sejatinya diri kita, membantu kita mengidentifikasi kelemahan yang perlu diperbaiki, menunjukkan jalan yang harus diikuti, serta memberikan motivasi yang tak henti-hentinya agar kita tidak terjatuh dalam kemalasan, kebosanan, dan hawa nafsu. Semoga warisan terbaik yang bisa kita tinggalkan kepada keluarga, keturunan, dan lingkungan sekitar adalah akhlak yang indah. Karena sejatinya, keislaman dan keimanan seseorang tidak hanya diukur dari pengetahuan yang dimiliki atau kehebatan pidato, namun dari kebaikan akhlaknya. Kedudukan seseorang di sisi Tuhan tidak hanya ditentukan oleh seberapa kuat ibadahnya, melainkan juga oleh keindahan akhlaknya.
Tak peduli seberapa besar pengetahuan dan harta yang dimiliki, seberapa tinggi kedudukan yang dicapai, jika akhlak seseorang buruk, maka semuanya tidak memiliki nilai. Terkadang kita terpesona oleh penampilan luar, namun begitu kita mengetahui keburukan akhlak seseorang, pesona tersebut akan segera pudar. Rasulullah diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak, bukan sekadar senyuman dan keramahan semata.
Akhlak sejati melebihi dari sekadar senyuman dan keramahan. Akhlak menyangkut perilaku kita sehari-hari yang terintegrasi menjadi satu kesatuan utuh. Oleh karena itu, menjalankan akhlak yang baik tidak boleh dipisah-pisahkan. Semua aspek kehidupan kita, termasuk akhlak kita kepada Tuhan, harus terwujud secara menyeluruh dan utuh.
Sikap dan perilaku kita terhadap Allah SWT harus selalu bersih dan tulus. Seseorang yang menjaga akhlaknya terhadap Allah SWT, hatinya harus bening dan suci seperti air susu yang tidak tercampur dengan apapun. Suci dalam keyakinan, tanpa menyekutukan Allah SWT. Tidak sedikitpun meragukan kekuasaan-Nya, sehingga terhindar dari sifat munafik.
Bagaimana ciri-ciri orang munafik? Imam Al Ghazali mengutip perkataan Imam Hatim Al Ashom tentang perbedaan antara orang mukmin dan orang munafik: "Seorang mukmin selalu sibuk dalam merenung, belajar dari segala hal di sekitarnya, sementara orang munafik terobsesi dengan tamak dan khayalan dunia.
Seorang mukmin hanya mengharapkan pertolongan dari Allah SWT, sedangkan orang munafik berharap kepada selain-Nya. Seorang mukmin merasa aman dan tak gentar terhadap siapapun selain Allah SWT, karena yakin bahwa segala ancaman ada dalam genggaman-Nya. Sedangkan munafik justru takut kepada selain Allah SWT.
Seorang mukmin rela mengorbankan harta demi agama, sementara orang munafik mengorbankan agama demi harta. Seorang mukmin menangis karena malu kepada Allah SWT meskipun berbuat baik, sedangkan munafik tetap tertawa meskipun berbuat dosa.
Seorang mukmin senang beribadah sendirian, sementara orang munafik senang bersenang-senang dengan orang banyak tanpa mengingat Allah SWT."
Seorang mukmin saat menanam tanaman merasa cemas akan merusaknya, sementara seorang munafik mencabut tanaman dengan harapan mendapatkan panen. Seorang mukmin memberikan perintah dan larangan sebagai upaya untuk memperbaiki, sedangkan seorang munafik melakukan hal yang sama semata-mata untuk mendapatkan keuntungan dan posisi, yang akhirnya justru merusak. Sungguh, perbedaan akhlak antara seorang mukmin dan seorang munafik sangatlah jelas.
Oleh karena itu, kita harus sungguh-sungguh menjauhi perilaku munafik seperti yang telah dijelaskan di atas. Kita harus menghindari keyakinan bahwa ada yang setara dengan kebesaran dan keagungan Allah SWT. Kita harus yakin bahwa siapapun yang memiliki jabatan di dunia ini hanyalah makhluk fana yang akan mati, sama seperti kita. Jangan terpaku pada kedudukan, gelar, dan jabatan, karena semua itu hanyalah sesaat dan jika tidak diwaspadai, justru akan merendahkan martabat diri sendiri.
Posting Komentar