Menciptakan masa depan yang lebih cerah

|| || || Leave a comments

Untuk meraih kesuksesan, seringkali kalimat ini lebih mudah dibaca daripada dipahami, apalagi untuk dijalankan. Namun, nasihat bijak dari seseorang yang pernah saya kenal tetap terngiang di benak saya. Dia mengatakan bahwa untuk menjadi sukses, seseorang perlu memiliki tiga kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Waktu itu, saya sempat ragu dan bingung dengan nasihat tersebut, karena jarang sekali melihat orang sukses yang memiliki ketiga kecerdasan tersebut.

Namun, seiring berjalannya waktu dan tuntutan untuk meraih kesuksesan, keinginan untuk belajar dan berkembang semakin besar. Akses yang semakin mudah juga turut memengaruhi obsesi untuk mencapai kesuksesan. Manusia kadang terdorong untuk melakukan apapun demi mencapai tujuan tersebut, bahkan jika itu berarti mengorbankan orang lain. Ada pepatah yang sering kali menjadi bahan candaan di antara saya dan teman-teman, bahwa orang miskin berpikir tentang apa yang akan dimakan hari ini, sementara orang kaya berpikir tentang siapa yang akan mereka makan sekarang.

Akibat dari obsesi tersebut, banyak orang, terutama di Indonesia, telah mencapai jabatan tinggi dengan tingkat kemapanan hidup yang sangat tinggi. Namun, pencapaian tersebut justru dicapai dengan cara-cara yang buruk yang sekarang dikenal sebagai korupsi. Parahnya, orang-orang ini seharusnya bertanggung jawab dalam memerangi korupsi itu sendiri. Bayangkan betapa sulitnya untuk memberantas korupsi tersebut, karena pelakunya adalah manusia-manusia yang terhormat, mengenakan seragam, dan menjadi pejabat Negara yang digaji dari uang rakyat yang disetor melalui pembayaran pajak.

Pertanyaannya adalah, apakah mereka telah melupakan agama? Atau apakah mereka hanya mengingat agama ketika sholat atau mengikuti pengajian? Saya teringat akan seseorang yang selalu bersemangat ketika membicarakan kondisi saat ini dan memberikan banyak inspirasi sehingga saya tidak perlu bersusah payah membaca literatur untuk mengetahui hal-hal menarik untuk dianalisis sebagai bentuk respons terhadap kondisi saat ini. Orang tersebut mengatakan, "Banyak masyarakat di sekitar kita yang jika dilihat dari sudut pandang agama, tidak ada cela, namun prakteknya banyak dari mereka justru menyebabkan orang lain kesulitan dalam menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai individu yang taat beragama." Sehingga menurutnya, masyarakat kita saat ini adalah "agama nomor satu, namun kelakuan nomor dua".

Kemudian saya berpikir, ada ketidaksesuaian antara ajaran agama dan perilaku kita sehari-hari. Mungkin sulit bagi kita untuk benar-benar memahami makna-makna dalam agama sehingga seringkali kita hanya fokus pada aspek vertikalnya, tanpa menerapkannya secara horizontal dalam kehidupan sosial. Ironisnya, ada orang yang merasa bisa menghapus dosa-dosanya dengan menyisihkan sebagian hasil korupsi untuk berzakat dan bersedekah. Ada pula yang memanfaatkan kondisi ini dengan mengajak orang lain untuk melakukan hal serupa, seolah-olah dapat menghapus dosa-dosa dengan mudah. Namun sebenarnya, mereka masih jauh dari hati yang baik. Kesuksesan dan kecerdasan mereka tidak cukup untuk menutupi perbuatan buruk yang mereka lakukan, yang sebenarnya menyakiti banyak orang. Yang perlu dipertanyakan adalah, mengapa mereka bisa melakukan hal tersebut meskipun mengetahui bahwa itu salah? Alasannya mungkin karena kekurangan hati yang tulus dan baik.

Mengapa begitu banyak masyarakat kita yang belum memiliki hati yang baik dan tidak mampu menggabungkan karunia Tuhan lainnya, seperti kecerdasan dan kesehatan, untuk bekerja keras meraih kesuksesan di dunia? Mungkin karena kurangnya pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai ini, sehingga kita belum bisa menciptakan manusia yang memiliki hati mulia.

Bagaimana cara kita mencintai ini? Apakah ada program yang dapat membantu seseorang mencapai tiga kecerdasan tersebut untuk mencapai kesuksesan dengan pondasi hati yang baik, sehingga hasil kerjanya tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi banyak orang dan lingkungan sekitarnya?

Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan memperkenalkan program International Award for Young People (IAYP) ke dalam sistem pendidikan di Indonesia. Program ini menantang pemuda untuk merencanakan hidup mereka melalui lima aktivitas berbeda, yaitu keterampilan, rekreasi fisik, aktivitas sosial, petualangan, dan ekspedisi. Dengan mengikuti program ini, diharapkan karakter para mahasiswa dapat dikembangkan dengan standar internasional dan menjadi lebih baik untuk diri mereka sendiri serta masyarakat sekitarnya.

Program ini memiliki tiga kegiatan utama yang harus dilakukan secara rutin agar peserta dapat meningkatkan kecerdasan, fisik, dan hati mereka. Kegiatan tersebut adalah mengasah keterampilan, berolahraga, dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial. Tujuan program ini adalah untuk menciptakan keseimbangan dalam pembangunan karakter pemuda, dengan memberikan rangkaian kegiatan yang mendorong pengembangan fisik, mental, ketekunan, kerja sama, dan interaksi sosial.

Para peserta program ini akan menjadi bagian dari komunitas yang telah ada sejak tahun 1950, dengan ribuan alumni yang tersebar di seluruh dunia. Komunitas ini memiliki karakter yang sama dalam hal kinerja, motivasi, dan toleransi untuk mencapai prestasi, yang didasari oleh etika dan moral yang tinggi.

Meskipun program ini menekankan pentingnya kehidupan agama sebagai pedoman, bukan berarti mengabaikan aspek tersebut. Sebaliknya, program ini mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam setiap kegiatan. Program ini bertujuan untuk mencapai kesuksesan di dunia dan keberkahan di akhirat, dengan tantangan untuk merencanakan hidup (sukses), mengasah keterampilan intelektual, fisik, dan spiritual melalui berbagai aktivitas yang disediakan. He..he.. Seperti seorang ustadz, siapa tahu? Eh, bukanlah hal yang penting.

Ada beberapa mahasiswa yang telah mengikuti program ini, komunitas ini telah melakukan aktivitas baik secara individu maupun bersama dengan mengadakan kegiatan setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu pada pukul 8 pagi. Kegiatan ini saling terkait, di mana pada hari Kamis mereka akan menulis dan mendapatkan bimbingan dalam menulis dari beberapa dosen dan orang yang kompeten di bidang penulisan. Selanjutnya, hasil tulisan tersebut akan dipresentasikan dan didiskusikan pada hari Sabtu dengan menggunakan bahasa Inggris. Sedangkan pada hari Selasa, mereka akan mendapat pendampingan agar karya mereka dapat diterbitkan di media atau dijadikan proposal kegiatan yang dapat memberikan manfaat. Aktivitas ini dilakukan dengan tujuan agar mereka dapat menjadi individu yang dikenal sebagai entrepreneur sosial manusia yang mampu memberikan dampak positif. Semoga berhasil.

/[ 0 comments Untuk Artikel Menciptakan masa depan yang lebih cerah]\

Posting Komentar