Bagaimana kita menginterpretasikan hal-hal di sekitar kita?

|| || || Leave a comments

Kita telah terbiasa mempercayai apa yang kita alami di dunia ini sebagaimana adanya, bahwa segala yang kita lihat, dengar, rasakan, cium, dan sentuh dianggap secara harfiah. Kita cenderung memandang hal-hal tersebut sebagai realitas mutlak. Misalnya, jika kita menyukai bau tertentu, maka kita percaya bahwa semua orang akan merasakan bau yang sama seperti yang kita cium. Saat kita melihat bunga mawar, kita yakin bahwa keindahan terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, saat ada orang yang tidak menyukai bunga mawar, kita merasa heran.

Pandangan ini muncul karena kita sering kali salah paham terhadap suatu hal. Kita telah terlalu terbiasa dengan kehidupan ini sehingga kita jarang mempertanyakan apakah sesuatu itu benar-benar ada atau tidak. Hal ini sebenarnya memiliki dasar saintifik yang kuat. Suatu objek tidak memiliki realitas mutlak. Jika hal itu benar, maka berbagai tanggapan terhadap objek yang sama pasti akan seragam.

Ilustrasinya, jika semua parfum memiliki bau yang sama harum, maka semua orang akan menggunakan parfum yang serupa. Jika keindahan adalah sesuatu yang "nyata", maka setiap orang akan disetujui sebagai cantik oleh semua pihak. Namun kenyataannya, persepsi kecantikan setiap orang berbeda-beda.

Sains telah membuktikan bahwa pengetahuan kita tentang dunia ini berasal dari lima indera kita, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Kita seringkali lupa bahwa realitas bisa saja berbeda bagi setiap individu. Mereka mungkin dapat melihat sesuatu yang tidak bisa kita lihat. Mereka belum membentuk konsep tentang sesuatu yang sudah kita kenal.

Sains modern menunjukkan bahwa segala sesuatu di sekitar kita didasari oleh sinyal-sinyal elektrik. Informasi yang kita terima melalui panca indera kita, seperti warna, suara, aroma, tekstur, dan bahkan orang-orang di sekitar kita, sebenarnya hanya merupakan sinyal-sinyal elektrik yang diproses oleh otak kita. Dengan demikian, apa yang kita lihat dan rasakan hanyalah interpretasi dari sinyal-sinyal tersebut.

Dalam ayat suci Al-Qur'an, dikatakan bahwa orang-orang yang tidak beriman, amal perbuatannya seperti fatamorgana di padang pasir yang kering, yang membuat orang yang haus mengira itu air, namun ternyata tidak ada apa-apa. Akhirnya, dihadapkan kepada ketetapan Allah, dan dihitunglah amal perbuatannya dengan adil. Allah selalu cepat dalam menghitung segala amal perbuatannya. 

 



/[ 0 comments Untuk Artikel Bagaimana kita menginterpretasikan hal-hal di sekitar kita?]\

Posting Komentar