Kualitas pelayanan merupakan kunci utama bagi kesuksesan suatu organisasi pariwisata. Turis yang datang untuk berlibur mengharapkan pelayanan terbaik, karena mereka ingin menikmati waktu liburan tanpa harus repot memikirkan kebutuhan mereka. Pelayanan yang baik akan membuat turis merasa dihargai dan diperhatikan. Oleh karena itu, setiap pelaku pariwisata harus memberikan prioritas pada pelayanan yang berkualitas agar pengalaman liburan turis menjadi lebih menyenangkan.
Pelayanan yang berkualitas harus dimulai dari awal hingga akhir, dari cara menyampaikan informasi yang menarik, menyambut tamu dengan hangat, memenuhi segala kebutuhan mereka selama berada di lokasi pariwisata, mengantar mereka berbelanja cendera mata, hingga mengantarkan pulang dengan aman. Namun, standar pelayanan ini masih belum mencakup mengajak mereka untuk kembali berkunjung. Meskipun para pelaku pariwisata telah dilatih dengan berbagai strategi, kenyataannya standar pelayanan pariwisata masih jauh kalah dengan Singapura, meskipun negara itu memiliki sumber daya alam pariwisata yang terbatas.
Mengapa mereka tidak mau belajar dari Singapura? Ironisnya, rendahnya standar pelayanan pariwisata saya alami di pusat informasi pariwisata di Malioboro. Awalnya, saya mencari informasi tentang pertunjukan tari di Candi Borobudur yang saya baca di surat kabar bulan lalu. Namun, petugas di pusat informasi tersebut tidak membantu dengan baik. Ketika saya menjelaskan bahwa pertunjukan itu di Borobudur, bukan Prambanan, ia malah menjawab dengan ketus "Sudah tahu!". Saya heran mengapa ia bersikap kasar, seharusnya melayani dengan sopan kepada siapapun yang meminta bantuan tentang pariwisata. Apakah karena saya bukan turis asing, maka ia bersikap demikian? Saya tidak bisa menunggu turis asing datang untuk melihat perbedaan pelayanan yang diberikan.
Kesediaan untuk memberikan pelayanan yang ramah kepada orang-orang yang membutuhkan informasi seringkali tidak menjadi prioritas para petugas informasi. Hal ini terjadi karena mereka belum menyadari bahwa pelayanan merupakan faktor terpenting dalam industri pariwisata. Banyak pelaku pariwisata lebih fokus pada daya tarik alam, seperti Pantai Parangtritis, daripada memberikan keramahan kepada wisatawan. Mereka mungkin beranggapan bahwa para turis akan datang tanpa memperhatikan pelayanan yang diberikan. Mentalitas ini sebenarnya merugikan mereka sendiri karena mereka tidak menyadari bahwa keberhasilan mereka bergantung pada kesediaan wisatawan untuk menikmati pengalaman pariwisata yang disajikan dengan baik. Mereka tidak mengalami sepi pengunjung atau kebangkrutan organisasi pariwisata.
Untuk memperbaiki situasi ini, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengumpulkan individu yang peduli terhadap pariwisata dan melakukan kegiatan kolaboratif untuk meningkatkan industri pariwisata di Yogyakarta. Salah satu cara untuk melibatkan mereka adalah melalui lomba menulis pariwisata, yang kemudian diikuti dengan aksi nyata untuk mendukung pariwisata di daerah tersebut. Pelatihan bagi para petugas pariwisata juga dapat diselenggarakan sebagai bagian dari kegiatan tersebut.
Selain itu, kerjasama antara Pusat Studi Pariwisata UGM dan SMK di Yogyakarta dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan dalam industri pariwisata. Melalui pelatihan tentang pentingnya melayani pelanggan dengan baik, para lulusan SMK diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam bidang pariwisata di masa depan.
Dalam kesimpulannya, kemampuan memberikan pelayanan yang baik kepada tamu dan pelanggan merupakan kunci keberhasilan dalam industri pariwisata. Keberadaan objek wisata alam dan budaya tidak akan bertahan tanpa perhatian yang cukup terhadap pelayanan yang diberikan kepada para wisatawan. Kita semua seharusnya menyadari bahwa hidup ini sejatinya adalah tentang melayani sesama.



Posting Komentar