
Banyak dan sering kali kita mendengar pembahasan tentang pentingnya mengenal Allah. Terkadang, ada di antara umat Islam yang merasa bosan dan bertanya, "Apakah tidak ada topik lain yang bisa dibahas?" Bahkan tanpa disadari, rasa jenuh pun mulai muncul saat pembahasan mengenai mengenal Allah terus terulang. Mengenal Allah merupakan topik yang sudah sangat akrab di telinga umat Islam.
Sebagian besar umat Islam sudah familiar dengan pembahasan tersebut karena sering menjadi fokus dalam kajian Islam. Namun, yang perlu kita perhatikan adalah sejauh mana kita benar-benar mengenal Allah, apakah pemahaman kita tentang Allah sudah cukup mendalam, dan bagaimana pengaruh pemahaman Ma'rifatullah (mengenal Allah) dalam kehidupan kita. Pengaruh dari mengenal Allah akan menjadi penentu apakah kita sudah benar-benar memahami Allah atau belum, dan sejauh mana kita telah mengenal Allah.
Mungkin kita hanya tahu tentang Allah tanpa benar-benar mengenal-Nya. Ingatlah, mengetahui dan mengenal itu memiliki perbedaan yang besar.
Efek dari suatu perkenalan bisa berupa timbulnya perasaan cinta, takut, atau harap. Jika perasaan tersebut belum muncul dalam diri kita, maka kita perlu merenungkan kembali tentang bagaimana cara kita mengenal Allah.
Mengenal Allah tidak hanya sebatas pergi ke masjid atau pengajian secara mekanis. Mengenal Allah juga tidak hanya sebatas melakukan sholat dan puasa tanpa makna yang dalam. Mengenal Allah bukan hanya saat kita sedang dalam kesulitan atau sakit saja. Mengenal Allah juga tidak hanya saat kita sedang mendapat rezeki melimpah atau kondisi tubuh kita sedang sehat.
Mengenal Allah seharusnya membawa perubahan pada kepribadian seseorang. Seseorang tidak bisa dikatakan benar-benar mengenal Allah jika tidak merasa takut untuk melanggar larangan-Nya. Seseorang tidak bisa dikatakan mengenal Allah jika tidak takut untuk meninggalkan perintah-Nya. Seseorang tidak bisa dikatakan mengenal Allah jika masih bergantung atau berharap kepada selain Allah.
Seseorang yang telah mengenal Allah seharusnya selalu merasa takut kepada-Nya saat hendak melanggar larangan-Nya atau meninggalkan perintah-Nya. Mereka yang mengaku mengenal Allah seharusnya hanya bertawakal kepada-Nya. Orang yang mengenal Allah harus memiliki rasa cinta yang mendalam kepada-Nya, bukan sekadar di bibir saja. Cinta sejati akan menimbulkan rasa rindu, keinginan untuk selalu dekat dengan-Nya, serta patuh pada segala kehendak-Nya tanpa menyekutukan-Nya. Mereka juga harus selalu mengingat-Nya dalam dzikir, di mana pun dan kapan pun, kecuali di toilet.
Jika seseorang benar-benar mencintai Allah, maka keinginannya hanya untuk membuat-Nya senang, bahkan jika harus mengorbankan segalanya. Konsekuensi-konsekuensi tersebut seharusnya juga tercermin dalam perilaku seseorang yang mengaku mengenal Allah.
Banyak umat Islam mengaku telah mengenal Allah, namun masih terjebak dalam perbuatan maksiat. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sebenarnya belum benar-benar mengenal Allah, karena tak ada rasa takut kepada-Nya dalam hati mereka. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami esensi mengenal Allah agar dapat menghasilkan amal yang baik.
Ada empat cara untuk mengenal Allah, yaitu mengenali keberadaan-Nya, menyadari keesaan-Nya, memahami bahwa hanya kepada-Nya kita beribadah, serta mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Allah telah menjelaskan hal ini baik dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah, baik secara umum maupun terperinci.
Dalam kitab Al Fawaid halaman 29, Ibnul Qoyyim menyatakan: "Allah memanggil hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya dalam Al Qur'an dengan dua cara, yaitu pertama, melihat semua perbuatan Allah dan yang kedua, merenungkan dan menggali tanda-tanda kebesaran Allah seperti yang terdapat dalam firman-Nya:
"Sesungguhnya dalam menciptakan langit dan bumi, serta pergantian siang dan malam, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal." (QS. Ali Imran: 190)
Dalam firman-Nya yang lain, Allah swt juga berfirman: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang, dan bahtera yang berlayar di lautan yang memberi manfaat kepada manusia." (QS. Al Baqarah: 164)"
Memahami Keberadaan Allah adalah keyakinan dalam hati bahwa Allah swt ada. Keberadaan-Nya telah diakui oleh alam semesta dan ciptaan-Nya, baik yang hidup maupun mati. Alam semesta yang teratur dan harmonis adalah bukti bahwa ada kekuatan yang menciptakan dan mengatur segala sesuatu dengan sempurna. Kita juga dapat merasakan keberadaan-Nya melalui doa yang dikabulkan dan keajaiban-keajaiban di sekitar kita. Semua ini adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang patut kita syukuri dan yakini. Sudah seharusnya kita mengakui dan bersyukur atas keagungan-Nya, karena hanya Dia-lah yang maha kuasa menciptakan segala sesuatu dengan indah dan sempurna.
"Ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari tulang rusuk mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka dengan berkata: 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab: 'Ya, kami bersaksi agar pada hari kiamat kalian tidak dapat mengatakan: 'Kami tidak menyadari keesaan-Mu sebagai Tuhan kami,' ataupun agar kalian tidak berkata: 'Para leluhur kami telah menyekutukan Tuhan sejak dahulu, sedangkan kami datang setelah mereka.'"
Dari ayat di atas, terlihat jelas bahwa setiap individu memiliki naluri untuk mengakui keberadaan Allah dan menunjukkan bahwa manusia, dengan fitrahnya, mengenal Tuhannya. Adapun bukti dari syariat, kita percaya bahwa aturan-aturan yang dibawa oleh para Rasul adalah petunjuk yang bermanfaat bagi seluruh ciptaan, menunjukkan bahwa syariat tersebut berasal dari Dzat yang Maha Bijaksana.
Mengenal Rububiyah Allah berarti mengakui keesaan Allah dalam tiga aspek, yaitu sebagai pencipta, penguasa, dan pengatur segalanya. Artinya, kita meyakini bahwa hanya Allah-lah yang menciptakan, memberi kehidupan, mematikan, memberi rezeki, memberikan manfaat, dan menolak segala bahaya. Allah adalah satu-satunya yang mengawasi, mengatur, memiliki kekuasaan, dan memiliki hak-hak yang mutlak atas segala sesuatu, menunjukkan bahwa kekuasaan hanya milik Allah.
Allah berfirman, "Katakanlah, Dia-lah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada satupun yang setara dengan-Nya." (QS. Al Ikhlash: 1-4)
Jika seseorang percaya bahwa ada makhluk atau benda lain yang dapat menyaingi Allah, maka orang tersebut telah menzalimi Allah dan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya.
Dalam soal rububiyah Allah, sebagian orang kafir jahiliyah tidak menolaknya sama sekali dan mereka percaya bahwa hanya Allah yang mampu melakukannya. Mereka tidak meyakini bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah dapat melakukan hal yang sama. Maka mengapa mereka menyembah banyak tuhan padahal mereka tahu bahwa tuhan-tuhan selain Allah tidak mampu memberikan mudharat atau manfaat apa pun kepada mereka?
Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur'an bahwa mereka memiliki dua tujuan. Pertama, untuk mendekatkan diri kepada Allah sebanyak mungkin, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah: "Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong (mereka mengatakan): 'Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami di sisi Allah dengan sedekat-dekatnya'." (Az Zumar: 3)
Kedua, mereka mengharapkan agar sesembahan mereka memberikan syafa'at (pembelaan) di hadapan Allah. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah: "Dan mereka menyembah selain Allah dari apa-apa yang tidak bisa memberikan mudharat dan manfaat bagi mereka dan mereka berkata: 'Mereka (sesembahan itu) adalah yang memberi syafa'at kami di sisi Allah'." (QS. Yunus: 18)
Mengenai keyakinan sebagian orang kafir terhadap tauhid rububiyah Allah, Allah telah menjelaskan dalam beberapa firman-Nya:
"Jika kamu bertanya kepada mereka siapa yang menciptakan mereka, mereka akan menjawab Allah." (QS. Az Zukhruf: 87)
"Dan jika kamu bertanya kepada mereka siapa yang menciptakan langit dan bumi, dan yang menundukkan matahari dan bulan, mereka akan menjawab Allah." (QS. Al Ankabut: 61)
"Dan jika kamu bertanya kepada mereka siapa yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi setelah mati, mereka akan menjawab Allah." (QS. Al Ankabut: 63)
Allah telah menjelaskan keyakinan mereka terhadap tauhid Rububiyah-Nya. Namun keyakinan seperti itu tidak membuat mereka masuk ke dalam Islam, sehingga darah dan harta mereka tetap diharamkan. Oleh karena itu, Rasulullah mengumumkan peperangan melawan mereka.
Mengenal Uluhiyah Allah adalah mengakui bahwa semua bentuk ibadah hanya ditujukan kepada Allah semata, seperti berdoa, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan jenis ibadah lain yang telah diajarkan oleh Allah dan Rasulullah saw.
Penting untuk dipahami bahwa mengarahkan satu bentuk ibadah pun kepada selain Allah sudah merupakan perbuatan yang sangat salah di sisi-Nya, yang dikenal sebagai syirik kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt:
"Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah kami meminta." (QS. Al Fatihah: 5)
"Dan apabila kamu meminta, mintalah kepada Allah; dan apabila kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah." (HR. Tirmidzi)
"Dan sembahlah Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan apapun" (QS. An Nisa: 36) "Hai manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan generasi sebelum kalian, agar kalian menjadi bertakwa." (QS. Al Baqarah: 21) Dalil-dalil di atas dengan jelas menunjukkan bahwa Allah dan Rasulullah saw melarang seseorang untuk menyembah selain Allah swt. Karena, ibadah umat muslim, hidup dan mati mereka hanya milik Allah semata. Rasulullah saw bersabda: "Allah berfirman kepada penghuni neraka yang paling ringan siksaannya. 'Jika kamu memiliki dunia beserta isinya dan kekayaan di dalamnya, apakah kamu akan menebus dirimu?' Dia menjawab ya. Allah berkata: 'Sungguh Aku telah menginginkan darimu sesuatu yang lebih sederhana daripada itu, yaitu ketika kamu berada di tulang rusuk Adam namun kamu menolak kecuali terus-menerus menyekutukan-Ku." (HR. Muslim)
Rasulullah saw juga mengatakan: "Allah berfirman dalam hadits qudsi: 'Saya tidak memerlukan sekutu-sekutu, maka barang siapa yang melakukan satu amalan dan dia menyekutukan Aku dengan selain-Ku maka Aku akan membiarkannya dan sekutunya.' (HR. Muslim). Banyak bentuk penyimpangan dalam pengenalan Uluhiyah Allah dilakukan oleh umat Islam. Salah satu bentuk penyimpangan Uluhiyah Allah adalah ketika seseorang mengalami musibah dan berharap terlepas dari musibah tersebut. Orang tersebut kemudian pergi ke makam seorang wali, dukun, tempat keramat, atau tempat lainnya, meminta agar penghuni atau dukun tersebut dapat melepaskannya dari musibah. Mereka berharap dan takut jika keinginannya tidak terpenuhi, bahkan melakukan sesembelihan, bernadzar, berjanji beritikaf, atau bertapa di tempat tersebut. Kebiasaan seperti ini masih sering ditemui di daerah-daerah pedalaman. Ibnul Qoyyim menyatakan: 'Kesyirikan adalah penghancur tauhid rububiyah dan pelecehan terhadap tauhid uluhiyyah, serta berburuk sangka terhadap Allah.'
Mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah berarti kita mempercayai bahwa Allah memiliki nama-nama yang Dia sendiri dan Rasul-Nya tentukan. Kita juga percaya bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tinggi yang Dia tunjukkan dan yang Rasul-Nya sebutkan. Allah memiliki nama-nama yang agung dan sifat yang luhur, sesuai dengan firman-Nya: "Dan Allah memiliki nama-nama yang baik" (Al A'raf: 186) dan "Dan Allah memiliki permisalan yang tinggi" (An Nahl: 60).
Percaya pada nama-nama dan sifat-sifat Allah harus selaras dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya, tanpa menyimpang dari ajaran-Nya. Kita tidak boleh membicarakan sifat-sifat dan nama-nama Allah yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya, karena itu akan menjadi pembicaraan tanpa dasar ilmu. Hal tersebut jelas dilarang dan tidak diterima dalam agama, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah: "Dan Allah memiliki nama-nama yang baik".
"Katakanlah: 'Hanya yang tercela yang diharamkan oleh Tuhanku, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang tidak dijelaskan oleh Allah, dan berbicara tentang Allah tanpa ilmu yang memadai.' (QS. Al A'raf: 33)
"Dan janganlah kamu mengatakan sesuatu tanpa pengetahuan, karena pendengaran, penglihatan, dan hati akan dimintai pertanggungjawaban." (QS. Al Isra: 36)
Dari semua uraian di atas, jelaslah betapa pentingnya mengenal Allah dan dampaknya. Ingatlah pepatah lama yang mengatakan "tak kenal maka tak sayang". Jadi, ayo mulai mengenal Allah dengan sungguh-sungguh agar kita dapat dicintai-Nya dan selalu diingat-Nya.
Pentingnya memahami tentang keberadaan Allah dengan sepenuh hati sangatlah penting. Semoga tulisan singkat ini dapat memberikan inspirasi dan motivasi kepada kita semua agar lebih dekat dengan Allah dan berkomitmen sepenuhnya pada-Nya. Semoga doa kita semua dikabulkan. Semoga artikel ini dapat memberikan kemudahan dan kekuatan kepada kita semua untuk mengenal Allah dan berkomitmen kepada-Nya. Amin