"Siapa pun yang melakukan kejahatan atau menyakiti dirinya sendiri, dan kemudian memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosanya, pasti akan menemukan bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Q.S.4 An-Nisa:110).
Meskipun Allah telah menyatakan bahwa benih iman pada Ketauhidan Ilahi sudah ada dalam setiap jiwa, Dia juga menegaskan bahwa kekuatan benih tersebut tidak sama pada setiap individu karena terkadang kebaikan dalam diri seseorang dapat dikuasai oleh nafsu mereka sendiri. Seperti kecenderungan hewaniah atau agresif, keimanan pada Tuhan yang Esa juga merupakan sifat bawaan. Meskipun seseorang bisa mengikuti nafsu dan dorongan buruk mereka, namun sebenarnya mereka tetap memiliki nur alami dalam diri mereka. Sebagai contoh, ketika seseorang melakukan tindakan jahat seperti pencurian, pembunuhan, atau zinah karena dorongan nafsu, nur kebaikan dalam dirinya selalu menegurnya. Allah Maha Agung menyatakan hal ini dalam ayat, "Dia mengilhamkan kepadanya jalan-jalan kejahatan dan jalan-jalan ketakwaan" (S.91 Asy-Syams:8).
Dari ayat ini, kita dapat memahami bahwa Allah telah memberikan petunjuk kepada setiap individu melalui CAHAYA HATI yang membedakan antara kebaikan dan keburukan. Misalnya, ketika seorang pencuri atau pembunuh merasa penyesalan karena perbuatannya, Tuhan menanamkan rasa bersalah dalam diri mereka. Namun, terkadang mereka mengabaikannya karena nur kebaikan dalam diri mereka lemah akibat pengaruh nafsu dan ego.
Kegalauan yang dirasakan tidak bisa diatasi oleh orang lain, namun Allah telah memberikan obatnya, yaitu TOBAT, memohon ampun dan merasa penyesalan. Jika seseorang melakukan dosa dan kemudian bertobat, meminta ampun, maka Allah akan mengampuninya. Jika mereka terus melakukan kesalahan namun selalu menyesali perbuatannya dan bertobat, maka rasa penyesalan dan pertobatan akan membersihkan dosa-dosa mereka. Hal ini dikenal sebagai kafarah atau penebusan hakiki dosa alamiah. Allah menyatakan dalam ayat, "Siapa pun yang melakukan kejahatan atau menyakiti dirinya sendiri, dan kemudian memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosanya, pasti akan menemukan bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (S.4 An-Nisa:110).
Ayat ini mengandung makna bahwa meskipun seseorang terperosok dalam dosa karena kelemahan hati, namun Allah selalu memberikan rahmat dan pengampunan karena Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Pengampunan-Nya bukanlah kebetulan, melainkan sifat-Nya yang ingin diberikan kepada hamba-Nya yang layak menerimanya.
Setiap kali seseorang merasa menyesal atas dosa-dosanya dan bertobat kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, mereka akan mendapat rahmat dan pengampunan. Tidak ada batasan untuk pertobatan karena Allah selalu siap menerima hamba-Nya yang bertobat. Dengan demikian, sudah menjadi hukum alam bahwa orang yang lemah nuraninya sering terjatuh dalam dosa, namun Allah memberikan jalan keluar melalui pertobatan dan permohonan ampun.
Meskipun Allah telah menyatakan bahwa benih iman pada Ketauhidan Ilahi sudah ada dalam setiap jiwa, Dia juga menegaskan bahwa kekuatan benih tersebut tidak sama pada setiap individu karena terkadang kebaikan dalam diri seseorang dapat dikuasai oleh nafsu mereka sendiri. Seperti kecenderungan hewaniah atau agresif, keimanan pada Tuhan yang Esa juga merupakan sifat bawaan. Meskipun seseorang bisa mengikuti nafsu dan dorongan buruk mereka, namun sebenarnya mereka tetap memiliki nur alami dalam diri mereka. Sebagai contoh, ketika seseorang melakukan tindakan jahat seperti pencurian, pembunuhan, atau zinah karena dorongan nafsu, nur kebaikan dalam dirinya selalu menegurnya. Allah Maha Agung menyatakan hal ini dalam ayat, "Dia mengilhamkan kepadanya jalan-jalan kejahatan dan jalan-jalan ketakwaan" (S.91 Asy-Syams:8).
Dari ayat ini, kita dapat memahami bahwa Allah telah memberikan petunjuk kepada setiap individu melalui CAHAYA HATI yang membedakan antara kebaikan dan keburukan. Misalnya, ketika seorang pencuri atau pembunuh merasa penyesalan karena perbuatannya, Tuhan menanamkan rasa bersalah dalam diri mereka. Namun, terkadang mereka mengabaikannya karena nur kebaikan dalam diri mereka lemah akibat pengaruh nafsu dan ego.
Kegalauan yang dirasakan tidak bisa diatasi oleh orang lain, namun Allah telah memberikan obatnya, yaitu TOBAT, memohon ampun dan merasa penyesalan. Jika seseorang melakukan dosa dan kemudian bertobat, meminta ampun, maka Allah akan mengampuninya. Jika mereka terus melakukan kesalahan namun selalu menyesali perbuatannya dan bertobat, maka rasa penyesalan dan pertobatan akan membersihkan dosa-dosa mereka. Hal ini dikenal sebagai kafarah atau penebusan hakiki dosa alamiah. Allah menyatakan dalam ayat, "Siapa pun yang melakukan kejahatan atau menyakiti dirinya sendiri, dan kemudian memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosanya, pasti akan menemukan bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (S.4 An-Nisa:110).
Ayat ini mengandung makna bahwa meskipun seseorang terperosok dalam dosa karena kelemahan hati, namun Allah selalu memberikan rahmat dan pengampunan karena Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Pengampunan-Nya bukanlah kebetulan, melainkan sifat-Nya yang ingin diberikan kepada hamba-Nya yang layak menerimanya.
Setiap kali seseorang merasa menyesal atas dosa-dosanya dan bertobat kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, mereka akan mendapat rahmat dan pengampunan. Tidak ada batasan untuk pertobatan karena Allah selalu siap menerima hamba-Nya yang bertobat. Dengan demikian, sudah menjadi hukum alam bahwa orang yang lemah nuraninya sering terjatuh dalam dosa, namun Allah memberikan jalan keluar melalui pertobatan dan permohonan ampun.
Post a Comment