Lele adalah jenis ikan air tawar yang memiliki tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia, ikan lele memiliki beragam nama daerah, seperti ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Di negara lain, ikan lele dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris, ikan lele disebut juga catfish, siluroid, mudfish, dan walking catfish. Ikan lele tidak hidup di air payau atau air asin, tetapi biasanya ditemukan di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, dan sawah yang tergenang air. Ikan lele aktif mencari makanan di malam hari dan bersembunyi di tempat gelap saat siang hari. Mereka juga memijah selama musim penghujan.
Lele banyak ditemukan di Afrika dan Asia, dan dibudidayakan di beberapa negara seperti Thailand, India, Filipina, dan Indonesia. Di Thailand, produksi ikan lele mencapai sekitar 970kg/100m2/tahun, sedangkan di India (Asam), produksinya mencapai rata-rata 1200 kg/Ha setiap 7 bulan.
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Klas : Pisces
Sub-klas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Di Indonesia, terdapat 6 jenis ikan lele yang dapat dikembangkan, antara lain:
1. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).
2. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang).
3. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
4. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).
5. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur).
6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba) atau King cat fish, berasal dari Afrika.
MANFAAT
1. Sebagai sumber pangan
2. Ikan lele jenis
C. batrachus juga bisa digunakan sebagai ikan hias atau pajangan.
3. Ikan lele yang dibudidayakan di sawah dapat membantu dalam mengendalikan hama padi seperti serangga air, karena menjadi makanan alami bagi ikan lele.
4. Ikan lele juga dapat dicampur dengan berbagai bahan obat lain untuk pengobatan penyakit seperti asma, menstruasi tidak teratur, mimisan, darah kencing, dan sebagainya.
5. Syarat Lokasi
1. Tanah yang cocok untuk kolam lele adalah tanah liat atau lempung yang tidak berpori, lumpur, dan subur. Tempat yang sesuai untuk budidaya lele bisa berupa sawah, kebun, kolam di pekarangan, kolam di kebun, dan blumbang.
2. Lele bisa hidup dengan baik di daerah dataran rendah hingga ketinggian maksimal 700 meter di atas permukaan laut.
3. Ketinggian tanah dari sumber air dan kolam harus berkisar antara 5-10%.
4. Kolam harus dibuat di lokasi yang dekat dengan sumber air dan jauh dari jalan raya.
5. Lokasi pembuatan kolam sebaiknya ditempati di tempat yang teduh, namun tidak di bawah pohon yang dedaunannya mudah rontok.
6. Suhu air yang cocok untuk lele berkisar antara 20-28 derajat Celsius, dengan suhu optimal untuk pertumbuhan larva antara 26-30 derajat Celsius dan untuk pemijahan antara 24-28 derajat Celsius.
7. Lele dapat hidup di perairan yang agak tenang dan cukup dalam, meskipun kondisi airnya buruk, keruh, kotor, dan kekurangan oksigen.
8. Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau zat lain yang berbahaya bagi ikan.
9. Perairan harus mengandung zat-zat yang dibutuhkan lele serta bahan makanan alami, serta tidak rentan terhadap banjir.
10. Permukaan air tidak boleh ditutupi oleh sampah atau tumbuhan air seperti enceng gondok.
11. pH air harus berada di kisaran 6,5-9; tingkat kekerasan air maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm; kekeruhan air antara 30-60 cm; kebutuhan oksigen optimal dari 0,3 ppm untuk ikan dewasa hingga jenuh untuk larva; dan kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, serta amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.
12. Syarat bagi pemeliharaan lele di keramba meliputi: sungai atau saluran irigasi tidak terlalu curam, mudah diakses dan dikontrol, dekat dengan pemeliharaan, lebar sungai atau saluran irigasi 3-5 meter, tidak berbatu-batu, dan kedalaman air 30-60 cm.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Persiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam untuk memelihara ikan lele sebaiknya tidak terlalu besar. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengawasan dan pemeliharaan. Bentuk dan ukuran kolam bervariasi tergantung selera pemilik dan letaknya. Namun, sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen. Pada minggu pertama hingga keenam, air di dalam kolam harus tetap jernih dan bebas dari pencemaran serta fitoplankton. Pada usia ikan 7-9 minggu, kejernihan air harus dijaga. Pada minggu kesepuluh, air boleh sedikit keruh. Tingkat kekeruhan menunjukkan kandungan bahan padat yang mengapung di dalam air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi. Tingkat kekeruhan air berdasarkan usia ikan lele (minggu) sesuai angka secchi:
- Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50
- Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40
- Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30
6.2. Persiapan Bibit
1. Persiapan Bibit Ikan
Pemilihan Induk
a. Ciri-ciri induk lele jantan:
- Kepala lebih kecil dari induk betina.
- Warna kulit dada agak tua dibanding betina.
- Urogenital papilla menonjol, memanjang ke belakang, berwarna kemerahan.
- Gerakan lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng.
- Perut lebih langsing dan kenyal.
- Saat di stripping, akan keluar cairan putih kental (spermatozoa).
b. Ciri-ciri induk lele betina:
- Kepala lebih besar dari induk jantan.
- Warna kulit dada agak terang.
- Urogenital papilla berbentuk oval, berwarna kemerahan, dan lubangnya lebar.
- Gerakan lambat, tulang kepala cembung.
- Perut gembung dan lunak.
- Saat di stripping, akan keluar cairan kekuning-kuningan (ovum).
2. Syarat induk lele yang baik:
- Kulit kasar.
- Dipelihara dalam kolam sejak kecil.
- Berat badan 100-200 gram dengan panjang 20-5 cm.
- Bentuk badan simetris, tidak cacat, dan lincah.
- Induk jantan minimal 7 bulan, betina minimal satu tahun.
- Bisa memijah lebih dari 15 kali seumur hidup dengan asupan protein yang cukup.
4. Ciri-ciri lele induk yang siap untuk pemijahan adalah ketika mereka mulai berpasangan dan bermain kejar-kejaran antara jantan dan betina. Setelah itu, induk lele segera dipindahkan ke kolam pemijahan untuk dipijahkan.
5. Perawatan induk lele:
Selama masa pemijahan dan perawatan, induk lele diberi makanan tinggi protein seperti daging bekicot cincang, larva lalat, rayap, atau pelet buatan. Pelet dengan kadar protein sekitar 60% diperlukan untuk induk lele. Pemberian cacing sutra sebaiknya dihentikan seminggu sebelum pemijahan.
Makanan diberikan pagi dan sore hari sebanyak 5-10% dari berat total ikan.
Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan dari induk jantan. Induk jantan baru dipindahkan setelah anak lele berumur 2 minggu.
Induk yang lemah atau sakit harus segera dipisahkan dan diobati.
Pastikan aliran air masuk bersih dengan kecepatan 5-6 liter/menit.
Pemijahan tradisional:
Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kolam induk yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dangkal dan bagian dalam. Kolam dilengkapi dengan sarang peneluran dan pupuk kandang.
Kolam rotifera digunakan untuk menumbuhkan makanan alami ikan dan terhubung dengan kolam induk. Kolam rotifera diberi pupuk organik untuk pertumbuhan rotifera. Ukuran kolam rotifera sekitar 10 m2.
Pemijahan lele dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan kolam atau bak pemijahan berpasangan.
Untuk pemijahan menggunakan kolam, langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Siapkan 2 kali jumlah sarang lele betina dan jumlah sarang lele jantan, atau satu pasang per sarang, atau satu pasang per 2-4 m2 luas kolam.
- Masukkan induk lele ke kubangan yang telah diairi selama 4 hari.
- Beri makanan berprotein tinggi seperti cacing, ikan rucah, pellet setiap hari dengan dosis 2-3% dari berat total ikan yang ditebarkan.
- Biarkan induk dalam kolam selama 10 hari sebelum air dinaikkan.
- Setelah 10 hari, naikkan air dalam kolam hingga 10-15 cm di atas lubang sarang peneluran.
- Biarkan selama 10 hari lagi, tanpa memberi makanan kepada induk.
- Setelah 24 jam, telur akan menetas di sarang dan benih lele akan terbentuk.
- Pindahkan benih lele ke kolam pendederan dengan cara mengalirkan melalui pipa pengeluaran.
- Beri makanan intensif kepada benih lele dengan ukuran 1-2 cm dan kepadatan 60-100 ekor/m2.
Sementara itu, pemijahan di bak pemijahan berpasangan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Buat bak semen atau teraso dengan ukuran tertentu dan tinggi 0,6 m.
- Lengkapi bak dengan sarang pemijahan tanpa dasar dari kayu atau bahan lain yang gelap.
- Letakkan ijuk dan kerikil di dalam sarang untuk menempatkan telur hasil pemijahan.
- Sebelum digunakan, bersihkan bak dengan air dan formalin 40% atau KMnO4.
Pemijahan lele biasanya terjadi pada sore atau malam hari. Dengan pemeliharaan yang baik, seekor induk lele dapat menghasilkan ribuan benih lele.
Pemijahan:
Sebarkan satu pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air setinggi sekitar 25 cm. Sebaiknya air mengalir. Proses ini sebaiknya dilakukan pada jam 14.00-16.00.
Biarkan induk tersebut selama 5-10 hari, berikan makanan yang cukup. Setelah sekitar 10 hari, diharapkan pasangan induk sudah memijah, bertelur, dan telur-telur telah menetas dalam waktu 24 jam. Telur yang baik adalah yang berwarna kuning cerah.
Anak-anak lele yang masih kecil (larva) bisa diberikan makanan berupa kutu air atau larva nyamuk, kemudian saat sudah agak besar bisa diberi cacing dan telur rebus.
Pemijahan secara massal dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
- Buat bak semen seluas 20 m2 atau 50 m2, dengan ukuran 2x10 m2 atau 5x10 m2.
- Di luar bak, tempelkan dinding bak dengan sarang pemijahan berukuran 30x30x30 cm3, lengkapi dengan saluran pengeluaran benih berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dilengkapi dengan satu lubang paralon berdiameter 4 inchi.
- Ijuk dan kerikil diletakkan di dasar sarang pemijahan sebagai tempat telur menempel.
- Sebelum digunakan, bak harus dikeringkan, dibersihkan dengan larutan desinfektan atau formalin, lalu dibilas dengan air bersih, kemudian dikeringkan.
Proses pemijahan dilakukan dengan cara:
- Sebarkan induk lele yang telah matang telur dalam bak pembenihan sesuai dengan jumlah sarang, dengan jumlah induk jantan sama dengan betina, atau bisa juga 25-50 pasang untuk bak seluas 50 m2 (5x10 m2), air dalam bak diisi hingga 1 m.
- Setelah 10 hari, surutkan air hingga ketinggian 50-60 cm, dan beri makanan secara intensif kepada induk.
- Sepuluh hari kemudian, air dalam bak dinaikkan sehingga mencapai ketinggian 20-25 cm di atas lubang sarang.
- Saat air dinaikkan, diharapkan induk-induk masuk ke dalam sarang pemijahan, memijah, dan bertelur. Biarkan selama sekitar 10 hari.
- Setelah 10 hari, air dikurangi lagi, dan diperkirakan telur-telur dalam sarang pemijahan sudah menetas menjadi benih lele.
- Benih lele dapat dikeluarkan melalui saluran pengeluaran benih untuk didederkan di kolam pendederan.
Pijah Buatan adalah teknik yang digunakan untuk merangsang ikan lele agar berkembang biak dengan cara memberikan suntikan hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon ini, yang disebut hormon gonadotropin, berasal dari kelenjar hipofisis. Fungsi hormon gonadotropin antara lain memacu kematangan telur dan sperma serta mendorong nafsu seks ikan.
Selain itu, untuk meningkatkan kualitas bibit ikan lele, perlu dilakukan perlakuan dan perawatan yang tepat. Kolam untuk pendederan harus dibuat dengan ukuran yang sesuai, dinding yang halus dan licin agar tidak melukai ikan, serta dilengkapi dengan sistem pengeluaran dan pengeringan air yang baik. Penjarangan juga diperlukan untuk menghindari masalah padat penebaran yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada ikan, seperti cedera, kanibalisme, dan gangguan kualitas air kolam.
Penanganan dan transportasi benih lele:
Benih lele harus ditangani dengan hati-hati saat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini dilakukan untuk memastikan benih tetap dalam kondisi yang baik dan tidak stres selama proses pengangkutan. Pastikan untuk menghindari perubahan suhu yang drastis dan guncangan yang berlebihan saat memindahkan benih lele ke tempat yang baru. Selalu pastikan bahwa wadah atau kantong yang digunakan untuk mengangkut benih lele bersih dan aman, serta sesuai dengan jumlah benih yang akan diangkut. Dengan demikian, benih lele akan tetap sehat dan siap untuk dipelihara dengan baik di tempat yang baru.
1. Metode tertutup:
- Air bersih dan benih lele dimasukkan ke dalam kantong plastik yang kuat secara bertahap. Udara dalam plastik dikeluarkan dan digantikan dengan oksigen dari tabung hingga volume udara mencapai 1/3-1/4 dari total plastik. Kemudian, ujung plastik segera diikat rapat untuk menjaga kestabilan lingkungan lele. Plastik yang berisi benih lele kemudian dimasukkan ke dalam kardus atau peti untuk perlindungan tambahan.
2. Metode terbuka disarankan untuk jarak yang tidak terlalu jauh:
- Sebelum pengangkutan, benih lele harus dilaparkan terlebih dahulu untuk menghindari pencemaran air oleh kotoran lele. Untuk perjalanan yang lebih dari 5 jam, benih lele harus ditempatkan di dalam wadah yang sudah diisi dengan air bersih, lalu benih dimasukkan dalam jumlah sedikit demi sedikit. Jumlah benih yang dimasukkan bergantung pada ukurannya. Misalnya, benih lele berukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000 ekor per meter kubik atau 10 ekor per liter air. Setiap 4 jam, seluruh air di tempat tersebut harus diganti dengan air bersih, dan tempat tersebut harus diletakkan di tempat yang teduh agar lele tetap dalam kondisi yang baik.
Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
Sebelum mengisi kolam, penting untuk melakukan pemupukan terlebih dahulu. Tujuan dari pemupukan ini adalah untuk menghasilkan plankton hewani dan nabati yang menjadi sumber makanan alami bagi benih lele.
Pupuk yang biasanya digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis sekitar 500-700 gram per meter persegi. Untuk hasil yang lebih baik, bisa ditambahkan urea sebanyak 15 gram per meter persegi, TSP sebanyak 20 gram per meter persegi, dan amonium nitrat sebanyak 15 gram per meter persegi. Setelah itu, biarkan selama 3 hari.
Setelah pemupukan, kolam dapat diisi kembali dengan air segar. Mulailah dengan ketinggian air sekitar 30-50 cm dan biarkan selama satu minggu hingga warna air berubah menjadi coklat atau kehijauan, menandakan mulai banyaknya plankton yang menjadi makanan alami bagi lele.
Secara bertahap, tinggi air di kolam dapat ditambahkan, namun pastikan hal ini dilakukan sebelum benih lele ditebar.
2) Pemberian Pakan
a. Makanan Alami Ikan Lele
Makanan alamiah ikan lele terdiri dari Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air. Selain itu, fitoplankton seperti Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), dan ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta) juga menjadi makanan yang disukai ikan lele. Ikan lele juga senang mengonsumsi makanan berprotein dan kotoran dari kakus.
b. Makanan Tambahan
Di kecomberan, ikan lele bisa diberi makanan tambahan seperti sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai. Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1) juga bisa diberikan.
c. Makanan Buatan (Pellet)
Komposisi bahan pellet terdiri dari tepung ikan (27,00%), bungkil kacang kedele (20,00%), tepung terigu (10,50%), bungkil kacang tanah (18,00%), tepung kacang hijau (9,00%), tepung darah (5,00%), dedak (9,00%), vitamin (1,00%), dan mineral (0,500).
Pembuatan pellet dilakukan dengan cara menghaluskan bahan-bahan, mencampurkannya menjadi adonan pasta, dicetak, dan dikeringkan hingga kadar airnya kurang dari 10%. Untuk menambahkan lemak, minyak dapat dioleskan pada pellet sebelum diberikan kepada lele. Pelumuran minyak juga dapat membantu agar pellet tidak tenggelam saat diberikan.
Pemberian pakan pellet dimulai saat lele berusia 6 minggu, diberikan 10-15 menit sebelum pakan berbentuk tepung diberikan. Pada minggu ke-7 dan seterusnya, lele sudah dapat diberikan pakan berbentuk pellet langsung. Disarankan untuk tidak memberikan pakan saat matahari terik, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.
Vaksinasi sebelum benih lele ditebarkan dilakukan untuk mencegah penyakit. Untuk melawan penyakit akibat bakteri, lele berumur 2 minggu direndam dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi, lele akan kebal selama 6 bulan. Pencegahan penyakit bakteri juga bisa dilakukan dengan menyuntik terramycin 1 cc untuk setiap kilogram induk. Untuk mencegah penyakit jamur, lele direndam dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5-3 ppm selama 30 menit.
Pemeliharaan Kolam/Tambak
Kolam perlu mendapatkan perlakuan pengapuran dengan takaran 25-200 gram/m2 untuk membasmi hama dan bibit penyakit. Air dalam kolam harus dibersihkan setiap bulan dengan cara menukar semua air kotor dengan air bersih yang telah diendapkan selama 2 malam. Jika kolam terinfeksi penyakit, segera keringkan kolam dan berikan pengapuran dengan takaran 200 gram/m2 selama seminggu. Tepung kapur (CaO) harus disebar merata di dasar kolam dan biarkan mengering hingga tanah dasar kolam retak-retak.
Hama dan Penyakit
Hama pada lele adalah binatang yang mengganggu kehidupan lele. Di alam bebas dan kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele meliputi berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus, dan belut. Di pekarangan, terutama di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif jarang diserang hama. Penyakit parasit disebabkan oleh organisme kecil seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa.
Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla
Bakteri ini berbentuk batang dengan flagel di ujungnya untuk bergerak, berukuran 0,7-0,8 x 1-1,5 mikron. Gejalanya meliputi warna gelap pada tubuh lele, kulit kesat dengan pendarahan, dan bernafas megap-megap di permukaan air. Pengendaliannya meliputi menjaga kebersihan lingkungan perairan dan kualitas air. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian Terramycine dosis 50 mg/kg ikan/hari selama 7-10 hari atau Sulphonamid dosis 100 mg/kg ikan/hari selama 3-4 hari.
2. Penyakit Tuberkulosis
Penyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum.
Gejala: tubuh ikan berwarna gelap, perut membengkak (karena adanya bintil-bintil di hati, ginjal, dan limpa). Ikan sering berada di permukaan air, bergerak-gerak tak teratur atau miring-miring, terdapat bintik putih di sekitar mulut dan sirip.
Pengendalian: meningkatkan kualitas air dan lingkungan kolam.
Pengobatan: menggunakan Terramycin yang dicampur dengan makanan sebanyak 5-7,5 gram per 100 kg ikan per hari selama 5-15 hari.
3. Penyakit akibat jamur Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh sebagai saprofit pada jaringan ikan yang mati atau yang kondisinya lemah.
Gejala: ikan ditumbuhi oleh benang halus seperti kapas, terutama di daerah luka atau pada ikan yang sudah lemah. Jamur ini menyerang daerah kepala, insang, sirip, dan bagian tubuh lainnya. Jika menyerang telur, telur akan diliputi oleh benang seperti kapas.
Pengendalian: rendam benih ikan dan ikan dewasa dengan Malachyte Green Oxalate sebanyak 2,5-3 ppm selama 30 menit, sedangkan telur direndam dengan Malachyte Green Oxalate sebanyak 0,1-0,2 ppm selama 1 jam atau 5-10 ppm selama 15 menit.
4. Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, berbentuk bulat dan kadang-kadang amuboid, dengan inti berbentuk tapal kuda, dikenal sebagai Ichthyophthirius multifilis.
Gejala: ikan yang terinfeksi akan terlihat sangat lemah dan sering berada di permukaan air; terdapat bintik-bintik putih di kulit, sirip, dan insang, ikan juga sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar atau dinding kolam.
Pengendalian: menjaga kualitas dan kuantitas air dengan baik.
Pengobatan: perendaman ikan yang terinfeksi dalam larutan Formalin sebanyak 25 cc/m3 dan Malachyte Green Oxalate sebanyak 0,1 gram/m3 selama 12-24 jam, kemudian ikan direndam dalam air bersih. Pengobatan perlu diulang setelah 3 hari.
5. Penyakit Cacing Trematoda
Penyebab: Serangan cacing kecil seperti Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Dactylogyrus menyerang insang, sementara Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip ikan. Gejala: Insang menjadi luka-luka dan terjadi pendarahan, yang mengganggu pernafasan ikan.
Pengendalian: Rendam ikan dalam Formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit; Gunakan Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; Celupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01% selama sekitar 30 menit; Gunakan larutan NaCl 2% selama sekitar 30 menit; Gunakan juga larutan NH4OH 0,5% selama sekitar 10 menit.
6. Parasit Hirudinae
Penyebab: Lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.
Gejala: Pertumbuhan ikan lambat karena darahnya disedot oleh parasit, menyebabkan anemia atau kekurangan darah.
Pengendalian: Pantau kondisi kolam atau tambak secara teratur saat mengurangi kepadatan ikan, dan gunakan larutan Diterex 0,5 ppm.
7.2. Hama Kolam/Tambak
Jika ikan lele menunjukkan gejala sakit, perlu memeriksa penyebabnya dan segera mengubah kondisi kolam, misalnya:
- Jika suhu terlalu tinggi, berikan peneduh pada kolam dan ganti air dengan yang lebih dingin.
- Jika pH terlalu rendah, berikan larutan kapur dengan dosis 10 gram/100 liter air.
- Jika terdapat gas-gas beracun (H2S, CO2), segera ganti air kolam.
- Jika makanan kurang, tambahkan dosis pakan yang sesuai.
8.1. Pemanenan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemanenan lele:
* Lele biasanya dipanen saat usianya mencapai 6-8 bulan, namun bisa juga dipanen kapan saja sesuai kebutuhan. Pada saat itu, berat rata-rata lele sekitar 200 gram per ekor.
* Untuk lele Dumbo, pemanenan bisa dilakukan setelah 3-4 bulan dengan bobot 200-300 gram per ekor. Jika dipelihara lebih lama, sekitar 5-6 bulan, beratnya bisa mencapai 1-2 kg dan panjang 60-70 cm.
* Sebaiknya pemanenan dilakukan di pagi hari agar lele tidak terlalu stress karena panas.
* Saat akan menangkap lele, sebagian kolam bisa dikeringkan dan ikan bisa ditangkap dengan berbagai cara seperti seser halus, tangan, lambit, tangguh, atau jaring.
* Jika menggunakan pancing, biarkan lele kelaparan terlebih dahulu sebelum ditangkap.
* Jika menggunakan jaring, sebaiknya pemanenan dilakukan saat memberi pakan agar lele lebih mudah tertangkap.
* Setelah dipanen, lele sebaiknya dipelihara dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi makan untuk menghilangkan bau tanah dan amisnya.
* Segera timbang hasil panen dan cukup lakukan sekali saja.
8.2. Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan langkah-langkah berikut:
- Kolam disiram atau dimasukkan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m2 pada seluruh dinding kolam hingga merata.
- Dilanjutkan dengan penyiraman larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan metode yang sama.
- Kolam kemudian dibilas dengan air bersih dan dijemur di bawah sinar matahari langsung untuk membunuh bakteri dan penyakit yang mungkin ada di kolam.
9. Pascapanen
- Setelah dipanen, lele harus dibersihkan dari lumpur dan isi perutnya. Sebelum dibersihkan, lele sebaiknya dimatikan terlebih dahulu dengan cara memukul kepalanya menggunakan muntu atau kayu.
- Saat membersihkan ikan, hindari memecahkan empedu agar dagingnya tidak terasa pahit.
- Setelah isi perut dikeluarkan, ikan lele siap dimasak menjadi berbagai masakan lezat.
Analisis Usaha Budidaya
Analisis Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Desa Bendosewu, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut:
1) Biaya produksi
a. Lahan
- Tanah seluas 123 m2 seharga Rp. 123.000,-
- Terdapat 9 kolam dengan biaya Rp. 1.230.000,-
- Biaya perawatan kolam sebesar Rp. 60.000,-
b. Bibit/benih
- 40 ekor ikan lele betina seharga Rp. 12.000,- per ekor total Rp. 480.000,-
- 10 ekor ikan lele jantan seharga Rp. 10.000,- per ekor total Rp. 100.000,-
c. Pakan
- Biaya pakan benih Rp. 14.530.300,-
- Biaya pakan induk Rp. 4.818.000,-
d. Obat-obatan dengan biaya Rp. 42.000,-
e. Peralatan
- 3 buah pompa air seharga Rp. 110.000,- total Rp. 330.000,-
- 1 buah diesel seharga Rp. 600.000,-
- 1 buah sikat seharga Rp. 25.000,-
- 1 buah jaring seharga Rp. 150.000,-
- 5 buah bak seharga Rp. 3.000,- per buah total Rp. 15.000,-
- 7 buah timba seharga Rp. 3.000,- per buah total Rp. 21.000,-
- 6 buah alat seleksi seharga Rp. 4.000,- per buah total Rp. 24.000,-
- 5 buah ciruk seharga Rp. 1.500,- per buah total Rp. 7.500,-
- 5 buah gayung seharga Rp. 1.000,- per buah total Rp. 5.000,-
- Selang dengan biaya Rp. 90.000,-
- Paralon seharga Rp. 70.000,-
- Biaya perawatan alat sebesar Rp. 120.000,-
f. Upah tenaga kerja Rp. 420.000,-
g. Biaya lain-lain sebesar Rp. 492.000,-
h. Biaya tak terduga sebesar 10% dari total biaya produksi yaitu Rp. 2.522.800,-
Jumlah biaya produksi mencapai Rp. 5.045.600,-
2) Pendapatan yang diperoleh adalah Rp. 2.220.000,-
3) Keuntungan usaha ini adalah sebesar Rp. 7.174.400,-
4) Parameter kelayakan usaha adalah 25%
5) Titik impas (BEP) dalam satuan ekor ikan
- Ukuran 1 sebesar 1.138 ekor
- Ukuran 2 sebesar 325.049 ekor
- Ukuran 3 sebesar 65.010 ekor
- Ukuran 4 sebesar 6.501 ekor
- Ukuran 5 sebesar 11.377 ekor
- Ukuran 6 sebesar 260 ekor
Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran, memiliki prospek yang cerah. Permintaan akan ikan lele dari konsumen terus meningkat. Dengan cara pemeliharaan yang tepat, hasil budidaya akan memuaskan dan diminati oleh konsumen.
Post a Comment