Gunung Merapi seolah-olah menangis, itulah kabar yang sering terdengar, Dimulai dari banjir bandang di Wasior, tsunami di Mentawai dan letusan Gunung Merapi. Namun, berita sedih itu juga diimbangi dengan berita keluarnya Gayus dari penjara dengan penyamaran yang sederhana, yang merusak reputasi penegak hukum kita. Bumi ini tidak diam, namun selalu berubah dan mengalami perubahan. Perubahan ini terus berlangsung hingga saat ini. Seperti benua yang bergerak, gempa bumi terjadi, Gunung Merapi meletus, angin topan, serta perubahan musim kemarau dan penghujan. Semua peristiwa itu terjadi di luar kendali manusia dan tidak bisa dicegah atau dibendung.
Untuk memprediksi lokasi yang mungkin terkena bencana, teknologi canggih saat ini dapat digunakan, seperti citra satelit radar dan optik. Data dari citra tersebut dapat menggambarkan kondisi sebelum dan setelah letusan Gunung Merapi, termasuk perubahan yang terjadi di kawah. Misalnya, data satelit mengungkapkan bahwa sebelum letusan, lebar kawah Merapi adalah 96 meter, namun setelah letusan berubah drastis menjadi 300 meter dan panjang 1200 meter melebar ke arah barat dan selatan.
Energi dari letusan Gunung Merapi masih aktif dan tremor masih terjadi disertai awan panas, sehingga aktivitas Gunung Merapi masih berlangsung. Kubah lava tumbuh sekitar 3,5 juta meter kubik dengan pertumbuhan rata-rata 28 meter kubik per detik. Pemerintah menetapkan bahwa batas aman secara ilmiah adalah 20 kilometer dari puncak Merapi.
Saat ini, Gunung Merapi masih dalam status "awas", artinya sangat berbahaya. Masyarakat di sekitar Gunung Merapi harus waspada terhadap aktivitas yang mungkin terjadi tiba-tiba, seperti awan panas dan material berbahaya. Bencana bisa terjadi saat masyarakat lengah, maka pemantauan Gunung Merapi harus dilakukan dengan teliti.
Meskipun citra satelit memiliki kelemahan dalam menentukan arah luncuran awan panas, informasi dari gambar dan foto bisa menjadi data ilmiah. Untuk mengetahui arah luncuran awan panas, diperlukan pemantauan lapangan yang intensif.
Kerusakan lingkungan akibat bencana alam terjadi karena peristiwa alam yang hebat, mengganggu keseimbangan lingkungan hidup. Jika lingkungan rusak, manusia tidak bisa bertahan di sana dan harus dipindahkan.
Melihat maraknya bencana lingkungan, Indonesia perlu memiliki model penanganan bencana yang efektif. Masyarakat harus diberitahu tentang kemungkinan bencana seperti banjir, gempa, gunung meletus, dan lainnya. Dengan model penanganan bencana yang baik, diharapkan kita bisa lebih siap menghadapi bencana, mulai dari peringatan dini, lokasi pengungsian, tim medis dan relawan, serta distribusi logistik. Sehingga ketika bencana datang, tidak ada yang terlambat.
Letusan Gunung Merapi adalah takdir, kehendak Allah yang tak bisa diubah manusia. Kerusakan lingkungan yang diakibatkannya mengingatkan bahwa manusia sangat bergantung pada lingkungan. Hari Raya Idul Adha memberi pesan bahwa manusia harus bersedia "berkorban" demi kelestarian lingkungan. Pada Hari Pahlawan, banyak masyarakat yang rela membantu korban Gunung Merapi sebagai bentuk kepedulian, sesuai janji Allah "dalam kesulitan, pasti ada kemudahan".
Post a Comment