Database Mirroring membuat duplikat persis dari database yang sama

|| || || Leave a comments

Bagaimana jika sistem IT di perusahaan mengalami gangguan tiba-tiba atau crash, sehingga mesin database mengalami kerusakan. Bahkan, jika terjadi bencana, data pun dapat hilang.

Salah satu cara untuk merencanakan pemulihan data saat terjadi bencana adalah dengan melakukan pencadangan atau salinan data. Ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk membuat salinan data, salah satunya adalah dengan menggunakan metode mirroring.

Teknologi mirroring merupakan proses duplikasi database ke lokasi lain. Hal ini dilakukan agar data dapat diakses jika terjadi kerusakan pada server utama. Dalam proses pemulihan, diperlukan catatan transaksi terbaru. Oleh karena itu, pencadangan dengan metode mirroring server sangat penting untuk menggandakan database dari server utama. Dengan demikian, pengguna tetap dapat mengakses dan memproses data tanpa masalah meskipun server utama terkena bencana.

Database mirroring sebenarnya merupakan bagian dari Disaster Recovery Center yang menggunakan sinkronisasi file satu arah. File yang diperbarui akan disalin secara real time ke satu atau lebih lokasi target dari lokasi sumber, namun tidak ada file yang dikembalikan ke lokasi sumber. Lokasi target berfungsi sebagai pengganti fungsi lokasi sumber saat terjadi masalah. Biasanya, lokasi sumber dan lokasi target ditempatkan minimal 60 kilometer dan berbeda secara geografis.

Meskipun perusahaan dapat menggunakan cadangan data dari database, proses pemulihan data umumnya membutuhkan waktu yang lama dan data yang dipulihkan mungkin tidak dalam kondisi terakhir. Oleh karena itu, database mirroring sangat diperlukan untuk mencegah kerusakan data di perusahaan, seperti crash mesin database, sistem down, atau hang.

Dengan menerapkan database mirroring, perusahaan memiliki kemampuan untuk menjalankan proses Failover, baik secara otomatis maupun manual. Failover merupakan proses pengalihan fungsi dari server utama yang mati ke server cadangan, sehingga pengguna tidak akan menyadari adanya kegagalan pada server. Server cadangan akan melanjutkan proses yang terputus akibat server utama yang mati.

Untuk menjalankan Failover secara manual, perusahaan hanya membutuhkan 2 server, yaitu server utama dan server cadangan. Namun, jika ingin Failover berjalan secara otomatis, maka diperlukan server tambahan yang disebut sebagai Witness, berperan sebagai monitor terhadap server utama dan server cadangan.

Server utama dan server cadangan bekerja sebagai mitra dalam mirroring, dan keduanya memiliki peran sebagai server utama dan server cadangan. Peran ini dapat berpindah-pindah antara keduanya. Mirroring dapat dilakukan secara synchronous atau asynchronous, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Mode synchronous akan menjaga konsistensi data, namun akan meningkatkan latensi biaya untuk transaksi. Sedangkan mode asynchronous akan memungkinkan transaksi untuk langsung selesai tanpa menunggu server cadangan menulis data ke database.

Ada dua jenis operasi mirroring, yaitu mode high-safety dan mode high-performance. Mode high-safety berjalan dalam mode synchronous, sementara mode high-performance berjalan dalam mode asynchronous.

Yang perlu dipahami, untuk mengembangkan sistem mirroring membutuhkan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, sebelum memutuskan apakah mirroring diperlukan, sebuah analisis biaya dan manfaat harus dilakukan. Karena biayanya mahal, mirroring database lebih cocok digunakan untuk sistem dengan database terpusat. Database terpusat harus memiliki sarana komunikasi yang mendukung aliran data. Jenis data yang memerlukan pembaruan real-time seperti perbankan, imigrasi, atau daftar hitam bea cukai cocok untuk mirroring database.

Mirroring database sangat penting untuk sistem database yang harus beroperasi secara terus menerus. Ketika sistem mengalami kegagalan, potensi kerugian bisa sangat besar dan upaya perbaikannya sulit dan memakan waktu. Namun, mirroring database merupakan strategi sederhana yang memiliki manfaat. Pertama, meningkatkan perlindungan data dengan menyediakan redundansi data. Kedua, meningkatkan ketersediaan database dengan memberikan salinan siaga dari database online saat terjadi bencana. Database administrator juga memiliki alternatif layanan untuk mengatasi kegagalan database. 

 



/[ 0 comments Untuk Artikel Database Mirroring membuat duplikat persis dari database yang sama]\

Posting Komentar