Sebuah pasangan sedang melintasi jalan dalam keheningan. Si pria duduk di kursi pengemudi sementara si wanita duduk di sebelah kirinya. Mereka saling diam, menuju rumah si wanita. Namun, setelah beberapa saat berlalu, si wanita akhirnya memutuskan untuk memulai percakapan.
"Maaf ya, mas," kata sang wanita.
"Tidak apa-apa!" jawab pria itu. Di dalam hatinya, dia sedikit bingung kenapa pacarnya minta maaf. Apakah ada yang salah?
"Sudah sebulan kita bertemu, cepat ya," lanjut sang wanita.
"Iya, sangat cepat," jawab pria itu sambil fokus pada mengemudi.
Sang wanita berpikir, 'Ah, mungkin dia tidak mengingat bagaimana kita bertemu. Mungkin baginya hal itu tidak penting. Dia tidak bahagia dengan hubungan ini.'
Sementara pria itu berpikir, 'Mobil di depan sangat lambat, panjang pula di belakangnya. Aku bisa telat main futsal dan kerjaan kemarin belum selesai. Sungguh menyebalkan.'
Sang wanita melihat pria itu yang mengerutkan kening, kemudian berpikir, 'Dia tidak bahagia dengan semua ini. Aku tahu dia menginginkan komitmen dan kejelasan dalam hubungan. Tapi mungkin semuanya terlalu cepat bagiku. Aku butuh waktu untuk berpikir.'
Pria itu sendiri berpikir, 'Bagaimana agar koneksi di semua node bisa membentuk jaringan yang redundant dan memiliki tingkat failure yang rendah...'
"Mas..." tiba-tiba sang wanita memanggil.
"Ya?" jawab pria itu agak kesal karena pikirannya terganggu.
"Maafkan tadi ya. Aku tahu mas baik dan bertanggung jawab. Tapi semuanya terlalu cepat bagiku. Aku butuh waktu untuk berpikir," ucap sang wanita.
"Tidak apa-apa kok," jawab pria itu. Pria itu benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud sang wanita. Dia sedikit bingung, 'Aku tidak mengatakan apa-apa, kenapa dia seperti itu? Tidak masalah, aku sudah menjawab tidak apa-apa. Pasti semuanya akan beres. Besok aku akan minta pendapat Wawan mengenai node-node itu, siapa tahu dia bisa memberikan solusi untuk pekerjaan ini.'
Jika seorang wanita memperhatikan pasangannya dengan baik, mungkin dia akan merasa kesal dan berpikir, 'Saya harus berbicara dengan Sheila,' (Sheila adalah pacar Wawan). Ketika mereka bertemu, mereka berdua saling berpisah dengan hening. Kemudian, kembali ke kehidupan mereka masing-masing. Wanita itu masuk ke dalam kamar dan menelepon Sheila. Mereka berdua berdiskusi tentang masalah tersebut hingga larut malam. Sementara itu, pria itu pulang ke rumah, menyalakan komputer, dan mulai memeriksa email. Setelah merasa cukup lelah, dia kemudian tidur dan semuanya berlalu begitu saja hingga pagi tiba.
Di kantor, seorang pria bertemu dengan Wawan yang dengan ramah menyapanya, "Hai, senin yang cerah. Sepertinya tidak terlalu banyak pekerjaan hari ini. Oh ya, bagaimana dengan hubunganmu? Sheila bilang kalian sedang mengalami masalah, benarkah?"
"Pemikiran apa yang salah dengan desain jaringanku? Bisakah kamu memberikan pendapatmu?" Tanya pria itu.
Mereka berdua mulai mendiskusikan pekerjaan tersebut dengan antusiasme, mencari solusi terbaik yang mereka anggap cocok.



Posting Komentar