Orang yang bijak adalah orang yang selalu merasa bahwa dirinya masih memiliki banyak hal untuk dipelajari. Karena dengan menyadari ketidaktahuan kita, kita akan termotivasi untuk terus meningkatkan pengetahuan. Seorang guru yang hebat adalah guru yang mau mengakui bahwa dirinya juga masih punya banyak yang harus dipelajari, bukan guru yang merasa sudah tahu segalanya dan mengajarkan anak didiknya untuk menjadi sombong dan merasa pintar.
Sejarah telah membuktikan bahwa banyak orang yang awalnya dianggap bodoh, namun berhasil memberikan pengaruh positif bagi dunia. Bahkan, manusia sendiri lahir dari proses yang terlihat sederhana dan "bodoh", seperti diciptakan dari debu dan tanah. Meskipun begitu, ironisnya manusia seringkali merasa lebih pintar dan bijaksana dari yang sebenarnya. Kita hanya menggunakan sebagian kecil dari potensi otak kita, namun sayangnya seringkali hal-hal yang terisi di dalamnya tidak selalu berguna, seperti rasa iri dan dengki. Kita seharusnya lebih rendah hati dan terus belajar, karena tak ada manusia yang benar-benar menguasai semua pengetahuan di dunia ini.
Pendidikan dan pembelajaran hadir untuk orang yang kurang berpengetahuan, seminar dan tutorial juga disusun untuk orang yang kurang berpengetahuan. Kesempatan dan pengalaman lebih terbuka bagi kita yang merasa kurang berpengetahuan daripada orang yang merasa telah mengetahui banyak hal. Itulah sebabnya ada banyak alasan mengapa menjadi orang yang kurang berpengetahuan lebih nyaman daripada menjadi orang yang cerdas. Namun kekurangan pengetahuan dan kebodohan adalah dua hal yang berbeda. Kekurangan pengetahuan bersifat relatif, namun kebodohan bersifat statis. Kebodohan terbesar adalah ketika seseorang tidak menyadari bahwa ia kurang berpengetahuan.
Seseorang yang tidak menyadari bahwa ia tidak tahu dan tidak pernah sadar bahwa ia kurang berpengetahuan. Seorang Profesor yang bernama Sir Herbert Spencer berbicara kepada mahasiswanya dengan mengatakan bahwa tidak ada yang absolut, semuanya bersifat relatif. Keindahan bersifat relatif, kekayaan bersifat relatif, keindahan bersifat relatif, semuanya relatif, termasuk ALLAH pun adalah suatu relatifitas. Namun tiba-tiba seorang mahasiswa menantang pernyataan Profesor tersebut. "Maaf pak, jika semuanya bersifat relatif, maka Anda harus membuat pernyataan Anda dan ilmu Anda menjadi ilmu yang absolut terlebih dahulu agar kami sebagai mahasiswa percaya dan bersedia mempelajari ilmu Anda." Mendengar keberatan dari mahasiswanya tersebut, Sir Herbert Spencer terdiam karena kebodohannya dalam mempercayai relativisme ilmu secara buta.
Seorang profesor terkenal pun bisa terlihat sangat tidak berpengetahuan karena kesombongannya. Semakin kita merasa lebih pintar dari orang lain, semakin jelas terlihat bahwa sebenarnya kita tidak tahu apa-apa. Namun sayangnya, kita seringkali tidak sadar akan hal ini. Tulisan ini adalah tulisan ke-100 saya sejak mulai aktif lebih dari 2 bulan lalu di dunia blog. Saya tetaplah orang yang bodoh yang masih perlu banyak belajar. Semakin banyak belajar, semakin saya menyadari bahwa saya masih sangat bodoh. Menjadi bodoh adalah identitas yang harus tetap dipegang.



Posting Komentar