Malaikat dapat hadir kapan pun dalam aktivitas sehari-hari kita. Malaikat bisa mengunjungi kita saat makan, saat berada di lampu merah, saat membeli tas kecil untuk seseorang yang kita cintai, saat mengirim SMS di dalam bus kota, dan pada saat-saat lain yang tak terduga. Malaikat bukanlah makhluk aneh berpakaian putih dengan sayap di punggungnya, bukan pula makhluk planet dengan tongkat bintang di ujungnya.
Malaikat hadir dalam setiap aktivitas dan kesibukan kita. Kebanggaan dan kesombongan hati kita yang membuat kita tidak dapat mengenali mereka, tidak mendengar sapaan dan kebaikan mereka, dan tidak melihat wajah sejati seorang Malaikat. Pengalaman bertemu dengan Malaikat setiap hari merupakan anugerah yang sering kali kita abaikan. Seorang wanita tua dengan baju lusuh dan selendang robek berusaha menjual kacang tanah di terminal yang ramai. Meskipun penampilannya sederhana, ia tetap berusaha dengan penuh semangat. Namun, banyak orang yang menolak atau bahkan menghinanya. Kesombongan dan ketidaksadaran kita akan kehadiran Malaikat seringkali membuat kita tidak bisa mensyukuri keberadaan mereka.
"Kemarin aku beli 5 ikat kacang, ya..." tiba-tiba terdengar suara yang berbeda dari tiga suara sebelumnya, berasal dari seorang pemuda yang sepertinya hendak berangkat kuliah. Penampilannya sederhana, mengenakan sepatu Adidas tiruan dari pasar Praban. Rambutnya acak-acakan, dan sebatang rokok hampir habis di jari-jarinya. Ia memakai jaket jeans dengan gambar Che Guevara, Pangeran Diponegoro, dan Bung Karno dijahit dengan rapi.
Sedikit aneh memang, mengingat banyak pemuda yang lebih bangga mengenakan kaos Che Guevara daripada pahlawan negara sendiri. Namun, pemuda ini memberikan sedikit harapan bahwa tidak semua anak muda melupakan jasa para pahlawan Indonesia. Ia memberikan uang seribuan lima lembar kepada ibu tua penjual kacang tanah sebagai pembayaran untuk 5 ikat kacang yang dibelinya tadi. "Ini mas, kacang dari malaikat," ucap pemuda itu kepadaku sambil menawarkan seikat kacang yang baru saja dibelinya. Hatiku berdebar mendengar kata-kata pemuda tersebut sambil menikmati kacang sambil sesekali mengisap rokok yang tersisa. Ternyata, ibu tua penjual kacang tadi adalah seorang malaikat... sungguh, manusia seringkali tidak memahami sosok malaikat sebenarnya.



Posting Komentar